Catatan Mas AAS
Wolak Walik Ing Jaman
Awal muasalnya dari mana, penulis tidak tahu! Apabila berdiskusi membahas Keagungan Tuhan yang terhampar di bumi Nya, hati ini begitu senang bukan kepalang.
Bahasa kekinian adalah punya rasa kepo yang sedemikian besarnya untuk ngerasani beliau. Dibicarakan, dibahas, dan dipuja dari pagi siang sore dan malam dalam momen dimanapun saja dengan gaya yang sama: guyon maton parikeno!
Baca Juga: Inspirasi dari Kebaikan Kecil
Pada bumiNya yang luas terdiri dari daratan, lautan yang sedemikian besarnya. Dan dihuni oleh sedemikian banyak mahkluk-Nya: manusia, binatang, tumbuhan, dan mahkluk astral lainnya. Semua begitu menggoda penulis untuk mengulik nya setiap waktu. Seakan kalaupun bisa di ajak berbicara para mahkluk lain selain manusia itu, kita sama-sama sedang berjalan menuju ke sebuah pelabuhan yang sama: mari kita bergandengan bersama!
Bahagia serta indahnya momen yang demikian itu!
Pada cerita yang mengiringi jalan dan perjalanan hidup seorang manusia juga demikian. Banyak peristiwa yang terjadi pada proses perjalanan, mengakibatkan konsep Jawa itu terjadi: Wolak walik ING jaman!
Dahulu orang tersebut direndahkan, di bully, tidak dipandang jangankan sebelah mata, seperempat mata pun tidak. Namun, manusia tersebut tidak merasa gundah dan gulana. Ia tetap tekun berjalan pada kapasitas dan kompetensi otentik dirinya, karena ia telah menemukan keunggulan yang menjadi talent originalnya.
Waktu berjalan, dalam putaran hari, jam, menit dan detik. Pada titik yang sekarang, ketekunan itu membuahkan buah yang manis. Apa yang diperoleh oleh manusia tersebut, dahulu menjadi bahan yang ditertawakan para kaum julid kalau kata anak millenial sekarang.
Kehidupan mereka kini bak nyampar-nyandung meski sudah kesampar dan kesandung pun, yang di sampar dan di sandung berubah jadi duit jadi peluang, jadi benefit. Coba kalau di jaman itu, sudah siap-siap dengan persiapan matang maksimal tetap saja di dugang keluar ruangan. Hidup memang kadang begitu, upps!
Baca Juga: Memasak: Sebuah Seni dan Cara Menikmati Momen Liburan
Manusia-manusia kerdil yang dahulu bertindak bodoh karena banyak meremehkan dan acap kali menertawakan mimpi-mimpinya. Sekarang dibuat menjadi patung dan membisu abadi, dan manusia yang menang itu tidak berubah watak dan perangai nya, ia tetap menjadi manusia yang tidak akan melupakan sejarah. Darimana ia berasal, dan berproses sebelumnya.
Ngelakoni ngelmu pari!
Dan manusia itu tidak lain para kolega penulis sendiri. WOLAK walik ING jaman, benar-benar terjadi, semesta hadirkan pada kehidupan mereka yang sekarang. Dan tak perlu penulis sebut siapa namanya dan anugerah apa yang Tuhan beri untuk mereka.
Dalam fenomena yang demikian semakin membuat penulis rindu untuk mengintip Sabda Tuhan yang mungkin terjadi pada malam ini.
Baca Juga: Momentum Itu Diciptakan
Untuk dikabarkan kembali kepada semesta dalam bentuk tulisan pada esok pagi!
Sekali lagi Maturnuwun Gusti, semoga teman-teman tersebut tetap eling dan bisa selalu berkontribusi yang positif bagi diri, keluarga, agama, dan juga negeri yang tercinta ini, amin yra.
AAS, 22 Juni 2023
Emper Rumah Rungkut Surabaya
Editor : Nasirudin