Catatan Mas AAS
Ketika Allah Kembalikan Qurban Pada Pemiliknya
Ada pepatah kaum Stoik pemerhati *Filsafat Stoikisme* yang berbunyi kurang lebih begini: "Alam semesta ini tidak pernah terburu-buru namun semuanya tercapai!"
Matahari saat pagi terbit dari bumi bagian timur, lalu perlahan berjalan ke barat dan kemudian tenggelam. Sebagai penanda tiba waktunya sore dan senja sebentar lagi datang.
Baca Juga: Ontran-ontran Bak Sinetron FTV: Sebuah Drama yang Terus Berlanjut
Demikian juga musim itu di pergilirkan: ada musim penghujan, saatnya datang musim kemarau di alam tropis. Tentu akan di pergilirkan juga pada wilayah yang mengenal banyak musim.
Pagi-pagi benar, diri ini tadi mengajak *keluarga* berjalan perlahan menuju ke lapangan di Perumahan Rungkut Asri Barat, dimana penulis tinggal di Surabaya. Untuk melaksanakan ibadah, sowan melaksanakan salat idul Adha 1444 H.
Materi khotbah disampaikan cukup menarik oleh Sang Khatib. Menyoal tentang semua yang muslim lakukan dan korbankan untukNYA, akan dikembalikan langsung kepada pelakunya langsung. Sehingga berbahagialah saat melakukan *kebajikan* dalam ibadah salat idul Adha ini, tentu adalah perbuatan bajik untuk berkorban juga.
Tidak kurang diceritakan perihal historis darimana bermula Ibadah qurban ini dilakukan. Sejarah menuliskan dari peristiwa para anak-anak nabi Adam yaitu: Habil dan Qobil. Dan kemudian ibadah dan Qurban nya si Habil yang kemudian diterima oleh Allah SWT.
Ribuan tahun kemudian dilanjutkan peristiwa amal kebajikan itu pada fenomena peristiwa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, mendapat perintah untuk *menyembelih* putranya *Kinasih* yaitu Nabi Ngismail! Di mana putra tercinta telah begitu diharapkan kehadirannya berpuluh-puluh tahun lamanya.
Dan setelah diberikan serta punya anak: lalu ada perintah dari Allah SWT, agar anak yang begitu dicintainya itu, dikorbankan.
Meski dengan tanda tanya yang besar hadir dalam benak sanubari Nabi Ibrahim. Namun karena petunjuk dalam bentuk mimpi yang berulang. Semakin yakinlah itu adalah perintah dari Allah SWT, demikian dialami oleh Nabi Ibrahim.
Dan dengan perlahan berita itu disampaikan dengan kata-kata nan *lembut* kepada putranya. Dan jawaban yang tak kalah luar biasanya disampaikan oleh sang putra kinasihnya kepada ayah handa nya. Subhanallah!
Benar-benar cerita tentang sebuah darma kebajikan perihal seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Serta seorang *hamba* yang sepenuhnya ingin berbakti kepada Tuhan-NYA benar-benar terjadi, dan kemudian *Mashur* menjadi sebuah firman yang diimani sekarang bagi kaum muslimin.
Baca Juga: Urip Ayem Tentrem: Menikmati Gending Lawas di Emper Omah
Tentu saja ini bukanlah sekadar peristiwa iman dalam sebuah agama semata yang dialami oleh seorang manusia. Namun kesejarahannya menginspirasi setiap manusia untuk melakukan kebajikan secara vertikal dan horisontal dalam satu paket yang utuh. Saat hidup di alam *marcopodo* ini!
Dan laksanakan perintah tersebut. Berangkatlah!
Nah, dalam bulan dan hari yang baik ini. Spirit berkurban itu juga penulis pahami dengan wujud berbakti kepada orang tua dan para leluhur darimana penulis berasal.
Bismillah sehabis sowan salat idul Adha di Surabaya sekarang. Penukis ingin terus melanjutkan perjalanan untuk pulang ke kampung halaman di Klaten, Jawa Tengah.
Untuk *marak sowan* ziarah kubur ke pusara orang tua, atur sembah pangbekti dan Pangestu.
Baca Juga: Inspirasi dari Kebaikan Kecil
Semoga sebagai anak mampu melanjutkan perbuatan-perbuatan *bajik* yang dahulu pernah diteladankan serta di ajarkan orang tua kepada penulis.
Selamat melaksanakan ibadah *Qurban* kepada para pembaca yang budiman semuanya. Untuk melaksanakan perintah agama, dengan perasaan bahagia, dan dilakukan dengan kesadaran penuh untuk berbakti sebagai seorang *hamba* kepada Allah SWT, amin.
Tak lupa penulis juga mengucapkan selamat merayakan hari raya idul Adha 1444 H.
Alhamdulillah.
AAS, 28 Juni 2023
Emper Rumah Rungkut Surabaya
Editor : Nasirudin