Catatan Mas AAS
Kontrol Emosi, Kenali Pribadi

Biar tidak menjadi *jago kandang* harus kontrol emosi juga pribadi. Menyitir ungkapan seorang kawan lama kemarin.
Kalau tidak mahir melakukan perbuatan di atas. Seseorang itu tak pernah berani keluar dari kungkungan tempurung yang ada di kepala, di institusi, juga pada organisasi nya!
"Maksudmu Jek?"
"Ya, setelah menjabat, cari pundi-pundi dan pengakuan di dalam rumah nya lagi. Boro-boro berani keluar dan berkontribusi dalam level struktur organisasi yang lebih besar dan vertikal. Terlalu takut dengan bayangan sendiri dengan alibi: tidak percaya diri, tidak punya akses, dan tidak punya *portofolio* diri yang memadai!"
"Omonganmu sithik tapi kok _nylekit_ ngono jek," kejar penulis dengan sosok yang sedang membangun portofolio diri di Ibukota yang lama *Jekerdah*. Kan ibukota negara yang baru di Nusantara!
Si bolo lawas tersebut pikiran-pikirannya coba di elaborasi dalam frasa-frasa sederhana selanjutnya.
Jadi pemimpin organisasi dan institusi harusnya mampu menjadi publik relations yang aktif juga. "Jangan _mbangkong_ di dalam rumah saja, di dalam kantor saja! Keluar sana bangun _network_ di luar, bangun jejaring dengan teman-teman baru, institusi-institusi baru, di luaran sana. Toh anggaran sudah ada dan dalam jumlah besar!"
"Masak seorang *leader* hanya _riweh_ ngurusin persoalan di dalam rumah saja, delegasikan dengan staff yang ada! Tugas leader yang utama bawa sesuatu yang di luar sebanyak-banyaknya bawa masuk ke dalam rumah. Untuk buat perubahan di dalam institusi, dan organisasi!"
"Jek, awakmu iku ora pas ngomong memanage organisasi dan bagaimana seorang *leader* sebuah institusi harus bekerja! Awak cuman tukan ojek dan bakulan Sego goreng!"
"Ora Iki mung cerita ideku saja, Broto!"
"Ya, alangkah pas nya ide mu itu kamu sampaikan ke leader nya langsung! Kalau disampaikan kepada ku, palingan hasilnya hanya cuman dalam bentuk tulisan seperti ini, hehehe! Dibaca oleh orangnya hanya sekedar fiksi tanpa arti juga makna nantinya, ajur!"
Menceritakan ulang, sebuah obrolan santai dengan konco lawas saat itu. Entah dimana cerita itu diceritakan kepada penulis: di Malang, Surabaya, atau malah saat di kampung halaman sekarang.
Soal kapan dan dimana sepertinya tidak begitu menjadi urgen, yang penting isi yang disampaikan kepada penulis. Dan sepertinya cukup ada isi dan manfaatnya sih.
Kapan seseorang dan sebuah organisasi dan institusi itu bisa maju jaya lestari, kalau tidak percaya diri para *leader-leader* nya bertarung di pertempuran luar. "Ribut Ning njero AE!"
Dan caranya hanya satu: kontrol emosi dan diri. Arti dalam bentuk kongkritnya apa? Ya, membangun jejaring di luar dan siap sering *tampil* jual diri dan kepakaran di panggung-panggung di luar, agar nama serta *eksistensi* teruji! Di akui oleh publik.
Ujung-ujungnya nama institusi dan organisasi juga terkantrol naik. Dan leader yang berhasil bangun eksistensi di luar itu, akan menjadi spirit bagi tokoh-tokoh muda lainya dari sebuah institusi dan organisasi melakukan hal yang sama. Bahkan bisa lebih, apa tidak hebat itu? Dan jangan takut siapa yang berkontribusi membangun sistem seperti itu, sejarah dan waktu akan mencatat dengan tinta emas. Seorang leader yang mampu memberi teladan seperti itu!
"Tak rasakno, ide-ide mu iku cukup apik jek. Sayang banyak yang kadung senang berada di zona nyaman!"
Glodak.
AAS, 01 Juli 2023
Emper Rumah Kampung Halaman Klaten