Oleh: Andhika Wahyudiono*

Tantangan Pertumbuhan Kredit Perbankan

Reporter : -
Tantangan Pertumbuhan Kredit Perbankan
Andhika Wahyudiono

Bank Indonesia (BI) mengeluarkan ramalan bahwa pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan pada tahun ini akan mengalami perlambatan, berada di kisaran sembilan persen hingga 11 persen (yoy). Hal ini disebabkan oleh menurunnya permintaan kredit dari dunia usaha.

Gubernur BI, dalam Konferensi Pers RDG BI yang digelar pada Selasa, 25 Juli 2023, menjelaskan bahwa kondisi ini terjadi di tengah longgarnya sisi penawaran kredit. Likuiditas yang tersedia cukup tinggi, rencana penyaluran kredit juga tinggi, dan standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan pun cukup longgar. Akibatnya, korporasi cenderung untuk mempercepat pelunasan kredit dan mengambil sikap "wait and see" dalam meningkatkan rencana investasi mereka ke depan.

Baca Juga: Pengusaha Ultra Mikro Prokesra Dapat Kredit Berbunga Rendah Dari Pemprov Jatim Melalui Bank UMKM

Pada bulan Juni 2023, kredit perbankan mengalami pertumbuhan sebesar 7,76 persen (yoy), terutama didorong oleh sektor Jasa Dunia Usaha, Jasa Sosial, dan Pertambangan. Pembiayaan syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, mencapai 17,09 persen (yoy) pada periode yang sama.

Tentu saja, Bank Indonesia tetap memberi perhatian khusus pada segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), di mana pertumbuhan kredit terus berlanjut, mencapai 7,34 persen (yoy) pada Juni 2023. Hal ini menunjukkan bahwa sektor UMKM tetap menjadi lokomotif ekonomi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Menyikapi situasi ini, Gubernur Perry menegaskan bahwa Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan dari sisi penawaran perbankan demi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mengadopsi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial yang difokuskan pada sektor-sektor dengan daya ungkit yang lebih tinggi bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Beberapa sektor tersebut antara lain sektor hilirisasi, termasuk sektor pertambangan, pertanian, peternakan, dan perikanan, yang memiliki potensi untuk memberikan multiplier effect pada perekonomian.

Tak hanya itu, sektor perumahan, termasuk perumahan rakyat, juga menjadi perhatian khusus karena memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Sektor pariwisata juga menjadi salah satu bidang yang mendapatkan perhatian ekstra dari BI karena memberikan kontribusi signifikan dalam penerimaan devisa negara serta menciptakan lapangan kerja.

Kebijakan insentif likuiditas makroprudensial juga terfokus pada sektor inklusif, termasuk UMKM, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan ekonomi ultra mikro (UMi). Sebagai tulang punggung ekonomi yang kuat, sektor UMKM harus didorong untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain itu, Bank Indonesia juga berkomitmen pada penerapan ekonomi keuangan hijau. Pengembangan sektor ekonomi berbasis ramah lingkungan menjadi penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global dan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi berlangsung secara berkelanjutan.

Dalam merancang dan menerapkan strategi dan kebijakan yang tepat, Bank Indonesia menunjukkan optimisme bahwa pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan akan tetap berada dalam kisaran yang memadai, meskipun menghadapi tantangan dari sisi permintaan. Fokus pada sinergi antara berbagai sektor ekonomi, pemerintah, dan Bank Indonesia menjadi kunci utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peran strategis bank sentral dalam mengatur dan mengawasi sistem keuangan negara, kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia sangat menentukan bagi stabilitas perekonomian nasional. Dengan mengadopsi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial, BI mengupayakan penguatan sektor-sektor yang memiliki daya ungkit tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektornya meliputi hilirisasi seperti pertambangan, pertanian, peternakan, dan perikanan, yang memiliki potensi memberikan pengaruh positif yang luas pada perekonomian.

Selain itu, sektor perumahan, termasuk perumahan rakyat, juga mendapatkan perhatian khusus karena memiliki peran krusial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Sektor pariwisata juga menjadi prioritas karena memberikan kontribusi signifikan dalam penerimaan devisa negara serta menciptakan lapangan kerja yang cukup besar.

Selaras dengan komitmen pada sektor inklusif, kebijakan ini menargetkan sektor UMKM, KUR, dan ekonomi ultra mikro (UMi) untuk didorong agar dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi nasional. UMKM menjadi tulang punggung ekonomi yang kuat, dan partisipasi aktifnya sangat berarti dalam mendukung kesejahteraan masyarakat luas.

Selanjutnya, implementasi ekonomi keuangan hijau menunjukkan keseriusan BI dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan, pengembangan sektor ekonomi berbasis ramah lingkungan menjadi penting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan masa depan.

Sinergi antara berbagai sektor ekonomi, pemerintah, dan Bank Indonesia menjadi landasan kuat dalam meraih keberhasilan dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan berbagai langkah strategis dan kebijakan yang terencana, diharapkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan perbankan dapat tetap bertahan dalam rentang yang memadai meskipun dihadapkan pada tantangan permintaan.

Dalam situasi dinamis perekonomian global, kolaborasi dan komitmen dari semua pihak menjadi faktor penentu bagi kesuksesan ekonomi Indonesia. Bank Indonesia, sebagai garda terdepan dalam mengatur stabilitas keuangan dan perekonomian negara, memegang peran sentral dalam menciptakan kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat luas. Dengan sinergi yang kuat, upaya bersama menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan diharapkan dapat terwujud untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik.

 

*) Dosen UNTAG Banyuwangi

Editor : Yuris P Hidayat