Musim Kemarau Hingga Februari 2024, Kepala Daerah Jangan Ragu Untuk Menentukan Tanggap Darurat

Reporter : -
Musim Kemarau Hingga Februari 2024, Kepala Daerah Jangan Ragu Untuk Menentukan Tanggap Darurat
Kepala BNPB RI Letnan Jenderal TNI Suharyanto Bersama Gubernur Khofifah

SURABAYA, JatimUPdate.id,- Kepala BNPB RI Letnan Jenderal TNI Suharyanto menyampaikan, kekeringan di Indonesia akan terjadi hingga awal tahun, kisaran Januari - Februari 2024. Namun ada beberapa daerah yang bakal diguyur hujan pada November 2023.

“Namun diprediksikan akhir November 2023 sudah turun hujan. Tapi ini yang harus kita khawatirkan juga jika curah hujan tinggi di awal tahun depan, ini bisa berpotensi untuk terjadinya banjir,” katanya

Baca Juga: Birukan Malang, Khofifah - AHY Teriak Demokrat Menang, Prabowo Presiden

Lebih lanjut, Ia juga menyampaikan dalam menentukan fase siaga atau tanggap darurat Kepala Daerah tidak boleh ragu-ragu. Karena penanganan bencana sejatinya tidak bisa sendirian. Melihat evaluasi pada penanganan bencana sebelumnya, kerja sama bisa mempercepat penanganan bencana.

“Supaya akuntabilitas dan regulasinya masuk Kepala Daerah jangan sampai ragu untuk menentukan fase siaga atau darurat bagi wilayahnya,” ucapnya.

Dalam rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penanggulangan Bencana di Wilayah Jawa Timur serta Antisipasi Bencana Hidrometeorologi Tahun 2023-2024 dipimpin langsung  Kepala BNPB RI Letnan Jenderal TNI Suharyanto di Ruang Sasana Wiyata Praja, BPSDM Prov Jatim, Senin (9/10).

Secara khusus, Kepala BNPB mengulas Di  kejadian karhutla di Jatim. Menurutnya, tingkat kerawanan karhutla Jatim cukup tinggi. Utamanya pada musim kemarau kering ini yang memicu terjadinya karhutla.

“Bahkan beberapa gunung seperti Arjuno, Bromo dan baru-baru ini Lawu juga terbakar. Bahkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga terbakar. Kejadian ini telah kami bantu dengan helikopter yang mampu melakukan water bombing,” ujarnya.

Suharyanto kemudian juga menyampaikan bahwa saat ini di Jatim ada lima wilayah yang memiliki kuantitas terjadinya bencana lebih dari 50 kejadian. Lima wilayah tersebut adalah Situbondo, Jember, Pasuruan, Sidoarjo dan Malang.

“Harapannya kejadian bencana yang telah terjadi di tahun-tahun sebelumnya tidak terulang lagi. Misalnya seperti karhutla di Bromo kemarin, itu sangat merugikan karena pemadamannya sampai satu minggu,” katanya

Ia juga menyampaikan bahwa dalam upaya mitigasi bencana di berbagai wilayah untuk bisa dimasifkan. Misalnya di Pantai Teleng Ria Pacitan yang mulai ditanami Cemara Udang. Ini adalah mitigasi yang bisa dilakukan.

Baca Juga: Tim Yankes Bergerak Pemprov Jatim Layani 9.996 Masyarakat Kepulauan Terpencil Selama 2019-2023

Kepada rekan-rekan BPBD yang hadir, Suharyanto menyampaikan saat pelaksanaan tanggap darurat harus sesuai UU Nomor 24 Tahun 2007. Keberadaan Kalaksa BPBD sangat penting dan memiliki fungsi komando. Harapannya penanganan bencana di masing-masing wilayah bisa lebih baik lagi.

Saat ini di Jatim dalam catatan BNPB, ada 21 Kab/Kota yang menetapkan status. Untuk siaga darurat terdapat sebanyak 12 Kabupaten Kota dan  untuk status tanggap darurat terdapat 9 kabupaten/kota. BNPB juga menyalurkan bantuan Dana Siap Pakai dan peralatan untuk 21 kab/kota tersebut.

Pada prosesnya, Suharyanto menyampaikan permohonan hibah Rekonstruksi dan Rehabilitasi Pasca bencana di Jawa Timur masih minim pengajuannya.

“Baru ada 5 yang pengajuan. Provinsi Jatim, Pasuruan, Madiun, Mojokerto dan Sampang. Harapannya pengajuan hibah RR di tahun 2024 bisa meningkat. Tapi mohon segera yang masih membutuhkan bentuklah tim yang solid, dan segera mungkin membuat proposal dan kawal berkas tersebut,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut Kepala BNPB juga menyerahkan dana siap pakai untuk penanganan dan mitigasi bencana di Pemprov Jatim sebesar Rp 1 miliar.

Baca Juga: Kemarau Berkepanjangan, Pemdes dan Warga Desa Segaran Kecamatan Gedangan Lakukan Sholat Istisqa

Selain itu, di Jawa Timur terdapat 13 kab/kota yang telah mengajukan status siaga darurat dan 8 kab/kota berstatus tanggap darurat. BNPB memberi dukungan terhadap kab/kota yang berstatus siaga darurat dan tanggap darurat tersebut dengan bantuan dana siap pakai maupun peralatan siap pakai.

Rinciannya untuk yang berstatus siaga darurat yakni kabupaten Sumenep mendapat dana siap pakai sebesar Rp 250 juta. Sedangkan kabupaten bojonegoro, Sampang, dan tuban mendapat peralatan siap pakai berupa 2 set torn air, 5 pompa alkon dan selangnya, 2 unit pompa jinjing, dan 2 unit tenda 4x4.

Kemudian kabupaten lamongan, bangkalan, gresik, bondowoso, pamekasan, banyuwangi, tulungagung, ponorogo, dan kabupaten blitar mendapat dana siap pakai dan peralatan siap pakai dengan besaran dan jumlah yang sama seperti di atas.

Lalu untuk kab/kota berstatus tanggap bencana yakni kabupaten Magetan, Ngawi, Nganjuk, Pacitan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Trenggalek mendapat dana siap pakai masing-masing Rp 250 juta dan peralatan siap pakai berupa berupa 4 set torn air, 10 pompa alkon dan selangnya, 3 unit pompa jinjing, dan 4 unit tenda 4x4.

Sedangkan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang hanya mendapat peralatan siap pakai dengan jumlah yang sama seperti di atas. (Yah)

Editor : Nasirudin