Catatan Mas AAS

Zona Nyaman Adalah Jebakan Enak Yang Selalu Menghantuimu

Reporter : -
Zona Nyaman Adalah Jebakan Enak Yang Selalu Menghantuimu
Mas AAS

"Salah satu yang menyebabkan zona nyaman berbahaya adalah karena ia tidak berbahaya!"

Kuda terbang sudah siap di garasi, dan istri pun sudah bersiap-siap untuk diantar ke tempat kerjanya di RS Dr. Soetomo.

Baca Juga: Challenge Dari Kolega

Dan tetiba saja hape di saku celana berbunyi. Penulis auto melihat siapa pagi-pagi yang menelepon. Dan rada kaget saja, seorang ilmuwan dari UB, tokoh muda dari LPPM UB saat itu dan sekarang sedang diamanahi jabatan baru di Fakultas Perikanan sebagai Wakil Dekan satu yaitu Prof. Asep Awalludin yang menelepon ternyata!

"Cak Broto, MET pagi, sedang ada di mana? Di Surabaya atau di UB Malang," tanya beliau!

"Sedang di rumah Rungkut, mau antar istri ke kantornya, Prof Asep, ada apa Prof?"

"Saya sedang ada acara di Surabaya, ada acara di Pandegiling, namun masih kepagian, bagaimana kalau kita bertemu Cak Broto?"

"Ok siap Prof." Penulis tak berpikir panjang, si isteri penulis pesan kan grab, untuk antar dia ke kantornya, dan kemudian penulis lanjut ke Taman Bungkul, markas besar!

Maklum saja, profesor muda dari UB ini salah satu tokoh penting di kampus juga di Jawa Timur dalam soal ilmu perikanan yang menjadi keahlian beliau. Sehingga menggunakan waktu semaksimal mungkin menjadi sebuah pemahaman penulis. Dan tidak pakai lama, penulis menjanjikan sampai di lokasi kurang dari 10 menit tercapai. Dan Prof. Asep juga sosok yang tepat waktu, dan singkat kata pertemuan itu terjadi pagi ini!

"Prof Asep, ijinkan saya mentraktir makan pagi ya!"

Dan prof Asep ternyata sudah sarapan, sehingga cukup minum kopi dan guyon maton parikeno selama setengah jam, cukuplah. Setidaknya sudah *mentraktir* seorang profesor muda, adalah sesuatu bagi penulis. Semoga ini menjadi wasilah bagi penulis suatu saat juga bisa menjadi seorang Guru Besar, aamiin!

Dan basa-basi obrolan berlangsung singkat saja. Seterusnya kami berdua terlibat sebuah obrolan yang rada serius namun santai. Yaitu membicarakan sebuah organisasi, pergerakan, posisi kader hari ini, serta tak lupa adalah soal *tantangan* komunitas di masa depan. Istimewa.

Dari obrolan yang berlangsung, penulis lebih tertarik menjadi *pendengar* yang antusias dan membuat si profesor muda dari UB ini mau berbicara banyak tentang *banyak hal* adalah tujuan utama penulis mau datang secepat kilat di Taman Bungkul menemuinya.

Dan berbagai konsep serta klu berharga bagaimana membangun sebuah *portofolio* diri sebagai pendidik, dan membuat anggota sebuah organisasi memiliki _attitude_ yang beyond dari keadaan yang sekarang, manjadi konsentrasi kami berdua saat melakukan obrolan pada pagi ini. Meski saja dibalut dengan canda, serta gelak tawa mengiringi diskusi singkat yang terjadi.

Kesimpulan dari pertemuan ini adalah: membangun silaturahmi diri yang semakin erat, dan menyamakan sebuah persepsi diri tentang apa yang harus dilakukan diprioritaskan di masa depan. Tak lupa adalah apa yang harus dilakukan oleh generasi pelapis untuk selanjutnya.

Baca Juga: Melarung Rindu Kepada Mandala di Gunung Arjuna Batu Malang!

Kadang kala mengikuti pelatihan *berbayar* itu penting, dan membuat diri kita menjadi serius untuk belajar dan praktik. Semua itu adalah sebuah *analog* yang digunakan penulis saja, untuk merespon tentang sesuatu yang disampaikan oleh Prof. Asep. Tak ayal generasi yang baru yang lebih muda yang notabene sebagai pelapis selanjutnya disebuah organisasi dan gerakan, juga harus mau membayar *mahar* untuk mendapatkan sebuah ilmu baru. Jangan senang saat mendapat sebuah kemudahan, dan seringnya kemudahan yang sudah disiapkan justeru tidak direspon dengan semangat serta spirit yang menyala di dalam dada, justeru sebaliknya merasa kalah, dan takut untuk berjuang lebih keras karena _wis kadung kepenak_!

Dan benar saja waktu setengah jam itu pun usai. Tepat pukul 09:00 WIB prof. Asep, pamit undur diri menuju ke lokasi, untuk menjadi *pembicara utama* dalam sebuah acara di sebuah kementerian di Hotel Santika, Pandegiling, Surabaya!

"Cak Broto, aku pamit sik yo."

 

"Ashiap Prof Asep!"

Prof Asep menuju ke lokasi acara, dan penulis mulai mengajak jari-jemari ini menari di keypard hape untuk memahat apa saja yang barusan terjadi pada pagi ini di Taman Bungkul Surabaya.

 

Baca Juga: Bagaimana Menjadi Aktivis di Jaman Now?

Begitu saja cerita mister AAS pada pagi ini, semoga pembaca berkenan.

 

Terima kasih.

 

 

AAS, 28 November 2023

Taman Bungkul Surabaya

Editor : Nasirudin