Catatan Mas AAS
Jadi Terima Saja Dan Bilang Terima Kasih
Tibalah sekarang di hari Senin kembali. Dahulu memiliki mindset bahwa hari pertama di tiap pekan ini not good karena masih ingin menjadi makhluk rebahan, liburnya belum kenyang tak mau bertemu secara cepat dengan rutinitas lagi!
Sekarang sepertinya pikiran itu, tidak selalu memberontak lagi. Hari Senin datang ya kudu disambut dengan segala ritualnya: ngopi pagi, bercengkerama dengan kolega, lalu masuk ke ruang kantor, menjalani pekerjaan rutin biasanya.
Baca Juga: Ontran-ontran Bak Sinetron FTV: Sebuah Drama yang Terus Berlanjut
Pagi-pagi sudah berbicara soal manajemen waktu saja. Lupa soal memanage diri bahwa kadang diri ini abai atau lupa sama seluruh organ dan sel di dalam tubuh ini. "Diriku, tubuhku, dan seluruh organ di dalamnya, terima kasih ya, dirimu telah menemaniku bisa menikmati hidup sejauh ini!"
Diri yang terlalu menuntut ingin mencapai ini, ingin mencapai itu. Sedangkan tanpa menuntut ini dan itu, sejarah hidup dan sejarah dalam diri ini ajarkan semua nya akan terjadi secara baik-baik saja. "Susah sekali sih, diri ini menerima dan bilang terima kasih atas semuanya?" Ayuk ngaku!
Pagi telah pergi, berganti datangnya siang. Dan terik mentari yang menyengat sebentar lagi akan hampiri kulit pada tubuh ini. Dan geliat penghuni di kota pahlawan sudah sibuk dengan aktivitas nya masing-masing. Istri penulis baru saja di antar ke kantornya, para pekerja tengah berburu sampai di kantornya takut dipotong gaji bila terlambat masuk, dan tukang kopi penjaga warung kopi sudah guyon maton parikeno dengan pelanggannya. "Bro catat dulu, ujar seorang ojek online meski dilarang kas bon sudah tertulis di dinding warkop, tertulis dengan huruf kapital yang besar!" Dengan alasan durung entuk orderan, begitu tingkahnya para ojek online kepada si penjaga warkop!
Dan sembari senyam-senyum si penjaga warkop pun bergumam kecil di hadapan penulis," wis biasa mas Andi, hal yang demikian itu terjadi!" "Tapi mengko awan kan dibayar to," kataku menguatkan.
"Iya sih mas!" Dan hari Senin itu ternyata menawarkan sebuah kejenakaan yang hidup serta otentik dari setiap penghuni kota metropolis, di kota pahlawan Surabaya. Dan si tukang kopi, tetap antusias menyeduh kopinya dalam setiap gelasnya untuk para pembeli yang datang.
Sambil duduk di pojok warkop, lalu penulis pun berimajinasi. "Bagaimana ya kalau para Paslon Capres itu mencoba hidup sebentar barang satu dua hari, atau satu pekan saja, hadir membaur dan hidup di warung kopi sini!" Apa yang ada dalam pikiran Capres tersebut? Masyarakat di akar rumput macam tukang ojek, penjaga warkop, plus pembelinya yang kadang kas bon, mau di kasih apa? Dikasih wacana berupa teori ekonomi, teori manajemen, atau ia akan langsung bekerja riil, buat kasih solusinya.
Baca Juga: Urip Ayem Tentrem: Menikmati Gending Lawas di Emper Omah
Dan kemudian penulis pun juga berpikir, bahwa untuk melakukan itu semuanya. Perlu kesiapan mental, pikiran, kesehatan, dan spirit melayani yang murni. Tak harap kembali, tepuk tangan, pengakuan. Karena sejatinya menjadi pemimpin tertinggi di Republik ini, adalah sebuah mandat suci dari Illahi. "Apakah itu semacam frase absurd saja di jaman sekarang?"
Meski saja setiap hari, jam, menit, dan detik. Setiap Capres itu alami lemparan batu berupa cacian, bully an. Semoga saja berlian itu selalu diberikan, hadir dari dalam jiwa para calon leader bangsa tersebut.
Semoga saja keinginan yang sedemikian besar untuk menjadi pemenang dan presiden terpilih. Tak memperburuk organ-organ di dalam tubuh sang CAPRES. Apabila hasrat dan keinginan itu tidak mendapatkan restu alam raya alias tidak jadi.
Dan yang jadi pun tidak lantas menjadi manusia jumawa dadakan, karena terlalu berlebihan senang dan bahagia juga akan merusak sel-sel di dalam tubuhnya. Kebanyakan hormon dopamin juga tak baik, mengurangi kewarasan dan fokus nya.
Baca Juga: Inspirasi dari Kebaikan Kecil
Apa adanya, asyik saja, menerima semua yang terjadi, dan selalu heppy dalam hidup ini. Adalah jalan suci yang semestinya ditempuh oleh setiap diri, saat usia itu pun terus melaju tanpa henti setiap harinya. Karena sudah banyak alami pitstop di momen hidup yang dilewati.
Terima kasih diriku, terima kasih semesta beserta seluruh penghuni nya untuk hari ini.
Selamat pagi semuanya.
AAS, 15 Januari 2024
Warkop Karmen Surabaya
Editor : Nasirudin