Catatan Mas AAS

Semarak Kehidupan Pagi di Surabaya!

Reporter : -
Semarak Kehidupan Pagi di Surabaya!
Mas Aas

Si Bejo di garasi. Sepeda motor siap mengantar istri ke Pasar Soponyono, Rungkut Surabaya. Belanja.


Istri masuk ke Pasar, aku duduk menunggu di Warung Kopi. Sembari duduk pesan secangkir kopi pahit. Hape sudah di tangan, bingung mau menulis apa.

Baca Juga: Challenge Dari Kolega


Scroll hape di beberapa WhatsApp grup. Topik pembicaraan masih sama, cerita Pilpres yang masih belum kelar. Dugaan ada ini, itu, dan lain-lainnya. Kelompok yang menang sudah diam, yang kalah, masih melampiaskan kekecewaan dengan segala polahnya. Asyik saja melihatnya.


Pada grup WhatsApp yang lain: lebih produktif, anggota grup sudah pada kembali ke barak, nandur pari, jagung, dan macam-macam buah ditanam di kebunnya masing-masing. Sesekali diunggah di grup WhatsApp, memotivasi anggota lainnya untuk menanam. Karena yang berhak panen di dalam hidup ini adalah manusia yang suka menanam, menanam tanaman, pohon, dan juga kebajikan.


Itu kegiatan saat scroll hape. Lalu kegiatan saat menyimak kehidupan di gang sempit di kota pahlawan. Lain lagi.


Pagi ini adalah Hari Minggu. Momen weekend. Sepertinya para emak-emak rempong di gang kampung lagi pada me time pagi: sambil berbusana daster, belum sempat mandi apalagi bersolek, pakai gincu, dan bedak, mereka sudah rapat pagi, ngerumpi! Dan mengamati mereka menjadi sesuatu yang menarik bagiku pagi ini.


Lalu, para lelaki dewasa, ada juga yang sudah paruh baya. Sedang asyik duduk di Warung Kopi: rapat kabinet bahas tentang Pilpres dan kecurangan pemilu, guaya! Mereka secara spontan menjadi pengamat partikelir pada pagi ini. Dan Cak Man, sebagai pemilik warkop terus saja menjalankan perannya: sampaikan kepada pengunjung kalau tahu, tempe, dan ote-ote nya sudah matang. "Ndang cepetan dijupuk gorengane, keburu habis," ujar Cak Man. Dan para peserta rapat bak ayam yang sedang kelaparan langsung memburu gorengan, dan seketika habis, tinggal tempatnya saja.


Rapat kabinet rakyat dimulai kembali! Jangan tanya apa materi rapat: seluruh persoalan yang ada di negeri ini, dibahas, dengan terstruktur, sistematis, dan masif. Sudah kayak para anggota DPR RI kalau sedang rapat di gedung Senayan.

Baca Juga: Melarung Rindu Kepada Mandala di Gunung Arjuna Batu Malang!


Dan aku hanya diam duduk di kursi tua, menulis di kepala, di sudut pojok Warung Kopi. Mengamati dengan saksama geliat kehidupan di kota pahlawan pada pagi ini. Tepatnya kehidupan masyarakat di kampung sekitar Pasar Soponyono.


Setelah aku rasa cukup menulis di kepala. Aku alihkan menulis di smartphone. Media menunggu istri yang belum kelar belanja isi kebutuhan dapur sehari-hari. Di Pasar Soponyono pagi ini.


Ternyata kehidupan yang semarak itu sama saja. Terjadi di sana di apartemen mewah, dan juga terjadi di sini di gang sempit sebuah kampung.


Sepertinya perilaku dan tema yang diobrolkan boleh jadi juga sama: kelompok yang kalah dalam acara Pilpres kemarin, masih terus saja _ngereog_ mempersoalkan kenyataan yang tidak sesuai harapannya! Jagoannya kalah.

Baca Juga: Bagaimana Menjadi Aktivis di Jaman Now?


Sampai kapan itu terjadi? Sampai jagoannya Capres menang. "Gak bahaya ta?"

 

AAS, 18 Februari 2024
Warung Kopi Cak Man Rungkut Surabaya

Editor : Redaksi