Waspadai Musim Pancaroba

Reporter : -
Waspadai Musim Pancaroba

Jakarta,JatimUPdate.id- Musim pancaroba merupakan peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Proses transisi ini seringkali membawa perubahan yang signifikan dalam cuaca dan lingkungan sekitar.

Akibatnya, ada berbagai dampak yang ditimbulkan dari proses peralihan tersebut, termasuk kesehatan. Supaya kita lebih waspada, kenali dampak dari musim pancaroba berikut ini.

Seperti dikutip dari Halodoc, musim pancaroba adalah periode peralihan antara dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Transisi ini terjadi dua kali setahun, tepatnya ketika matahari melintasi garis khatulistiwa.

Di wilayah tropis, seperti Indonesia, musim pancaroba umumnya terjadi pada bulan Maret hingga Mei, yaitu peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, dan September hingga November yakni transisi dari musim kemarau ke musim hujan.

Musim pancaroba ditandai oleh cuaca yang tidak menentu, termasuk hujan yang tak terduga, suhu udara yang bervariasi, dan perubahan pola angin. Fenomena ini dapat berdampak pada berbagai sektor kehidupan, mulai dari pertanian hingga kesehatan.

Dampak Musin Pancaroba

Musim pancaroba sering dianggap sebagai musim penyebar penyakit. Pasalnya, transisi antara musim hujan dan musim kemarau dalam musim pancaroba sering disertai dengan fluktuasi suhu dan kelembaban udara. 

Kondisi ini dapat menciptakan lingkungan yang ideal bagi mikro organisme seperti bakteri, virus, dan jamur untuk berkembang biak dengan cepat.

1, Gangguan Pernapasan

Salah satu dampak utamanya adalah peningkatan risiko gangguan pernapasan. Perubahan suhu dan kelembaban udara dapat memicu penyebaran virus pernapasan, seperti flu dan pilek. Selain itu, debu dan partikel lainnya yang terbawa angin dapat menjadi pemicu masalah pernapasan, terutama bagi individu yang sudah memiliki gangguan pernapasan, seperti asma.

2. Penyakit Kulit

Cuaca yang tidak menentu juga dapat memengaruhi kesehatan kulit. Kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri pada kulit. Akibatnya, tubuh rentan mengalami masalah kulit, seperti ruam, eksim, atau infeksi jamur. Sebaliknya, udara kering dapat menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah.

3. Infeksi Virus

Beberapa penyakit tertentu cenderung meningkat selama musim pancaroba. Misalnya infeksi virus seperti demam berdarah atau influenza.

Deman berdarah lebih berpotensi muncul karena kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang membawa virus demam berdarah. Oleh karena itu, lakukan tindakan pencegahan, seperti penggunaan kelambu dan menutup penampungan air.

Influenza juga rentan muncul saat pancaroba. Alhasil kamu bisa terkena flu, pilek atau batuk.

4. Masalah Sistem Pencernaan

Perubahan suhu dan kelembaban juga dapat memengaruhi sistem pencernaan manusia. Beberapa orang mungkin mengalami gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit, karena perubahan kondisi lingkungan. Penting untuk menjaga kebersihan diri dan konsumsi air bersih untuk mengurangi risiko masalah pencernaan.

5. Gangguan Kesehatan Mental

Nyatanya, musim pancaroba tidak hanya berpotensi menyebabkan penyakit yang menyerang fisik. Kondisi ini juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Perubahan cuaca dan cahaya matahari yang kurang dapat memengaruhi suasana hati dan energi.

Beberapa orang mungkin mengalami perubahan suasana atau bahkan gejala depresi selama transisi ini. Aktivitas fisik, pola tidur yang baik, dan dukungan sosial dapat membantu mengelola dampak psikologis akibat kondisi ini.

Bagian selatan sudah lewat

Sementara itu dari halaman resmi  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ungkap Indonesia mulai memasuki periode peralihan musim atau pancaroba. Berdasarkan prakiraan, pancaroba akan berlangsung pada Maret-April 2024.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan selama periode ini masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini. Sebab, potensi cuaca ekstrem dari hujan lebat hingga angin puting beliung mungkin terjadi.

"Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ungkap Dwikorita di halamam resmi BMKG, Senin (26/2/2024).
Dwikorita menjelaskan beberapa wilayah Indonesia khususnya bagian selatan sudah melewati puncak musim hujan. Wilayah tersebut akan mulai memasuki pancaroba pada Maret hingga April 2024.
Kehadiran pancaroba salah satunya bisa dilihat berdasarkan pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga malam hari. Sedangkan pada pagi dan siang, biasanya udara terasa hangat hingga terik.
Radiasi Matahari yang diterima pada pagi dan siang hari bisa memicu proses pengangkatan massa udara atau konveksi dari permukaan Bumi ke atmosfer sehingga memicu pembentukan awan. Namun, ketika kondisi atmosfer tidak stabil, awan yang mungkin terbentuk adalah awan konvektif seperti cumulonimbus (CB).
Kehadiran CB erat kaitannya dengan potensi kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, hingga hujan es. Bentuk awan CB biasanya seperti bunga kol berwarna keabu-abuan dengan tepian yang jelas.
Sedangkan terkait karakteristiknya, hujan di musim pancaroba akan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat. Namun, durasinya singkat. (Dan)

 

Editor : Yoyok Ajar