Catatan Mas AAS

Pak Joyo dan Bu Joyo: Sarimbit Jualan Nasi Goreng!

Reporter : -
Pak Joyo dan Bu Joyo: Sarimbit Jualan Nasi Goreng!
Mas AAS

Ada beberapa kata yang terselip di dalam benak pada saat mengendarai roda dua tadi: dusun kecil, hujan, rombong nasi goreng, dan sepasang suami istri.


Sebuah dusun di lereng Bukit, yang setiap habis Magrib, sudah seperti makam karena barusan ada orang yang meninggal. Sebuah rumah reyot di ujung Dusun, ditata mejanya, dan dibersihkan rombongnya dari jelaga yang menempel sehabis dibuat menggoreng nasi semalam. Dan gerimis itu seakan tidak mau pergi. Dan Bu Joyo yang sudah rada sepuh menyapa si suami yang tengah bebersih meja dengan lap kanebo untuk pelanggannya nanti.

Baca Juga: Mahasiswa Otentik


_"Pak, udan e kok ora mandeg-mandeg to!" Yo, dienteni wae to Bune' sediluk maneh kan terang!"_ Dan Bu Joyo meski agak risau memikirkan hujan yang reda entah kapan, ia tetap menata tahu, tempe, serta bakwan di taruh di atas nampan diletakkan di atas meja yang mulai tidak utuh kaki-kaki penyangga mejanya. Dan sebuah lampu _ublik_ menjadi penerang yang membikin warung nasi goreng ini menjadi unik, disenangi para penggemarnya. Situasi yang klasik serta cozy di alam pedesaan yang hening dari hiruk pikuk para pegiat dunia malam.

Dan pak Joyo, sudah meletakkan wajan, sothil, di atas kompor. Siap-siap melayani pembeli yang datang ke warung nya sebentar lagi. Tak lupa bumbu nasi goreng berupa: minyak wijen, raja rasa, sambal, dan terasi sudah tertata rapi di bilik-bilik kecil yang terletak menempel rapi pada rombong tua.


Setelah perabotan berupa _ubo rampe_ untuk jualan nasi goreng tertata rapi. Pak Joyo dan Bu Joyo, lalu mengeja alam, sembari membuka warung dengan sebuah doa harapan yang suci: warung e laris bengi Iki, aamiin yra.


Sepertinya gayung bersambut, tak selang begitu lama. Meski hujan pada malam itu belum reda. Pak Tugino sang tetangga kampung bersama istri dan dua anaknya bawa payung datang ke warungnya Bu Joyo. _"Sugeng Dalu Bu Joyo, nyuwun didamelke sego goreng sekawan: kalih pedes, kalih biasa mawon!"_


"Njih, Bu Tugino."

Dan Bu Joyo dengan gesitnya sambil _mbenakke jarik kemben yang dikenakan_ bilang ke sang suami. _"Pak e, cepet ndang digawekke sego goreng e papat: loro pedes kanggo pak Tugino lan bojone, loro biasa kanggo anak-anak e sing isih cilik!"_


Melihat tingkahnya Bu Joyo dan Pak Joyo. Laksana melihat seorang Rama beserta Dewi Shinta merajut sebuah komunikasi, di masa silam dalam peradaban sebuah kerajaan yang disampaikan begitu syahdu oleh seorang Dalang, upps!


Suasana dusun yang dibalut angin yang _sembribit_, saat malam tiba. Karena hujan yang belum reda. Sepertinya hal itu tidak terjadi di warung nasi gorengnya Bu Joyo. Warung yang reyot dan tidak begitu luas itu, menjadi bak istana pada malam itu. Karena antusiasnya Pak Joyo menggoreng nasi, dan satu keluarga yang tengah kelaparan, menunggu makan nasi goreng Bu Joyo yang sudah terkenal begitu legit rasanya di seantero Desa di lereng Bukit Merapi dan Merbabu tersebut!

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!


Menceritakan sebuah kejadian kecil yang kemarin sempat dialami saat di kampung halaman. Ternyata rada susah juga saat dituturkan via deskripsi dalam sebuah tulisan.


Menjadi cerita yang apa adanya, tanpa mencoba menambahkan diksi di sana dan di sini yang cenderung klise. Hanya menuturkan saja apa adanya dibarengi bagaimana panca indera ini merasakan apa yang tengah hadir di depan. Adalah sebuah pekerjaan maha berat seorang pengarang. Juga pada pagi ini, setelah penulis mengantar istri ke kantornya. Lalu singgah sejenak di Warung Kopi Karmen, menceritakan sejenak perihal Warung Nasi Goreng Bu Joyo!


Sepertinya kisah dan bagaimana cara Pak Joyo dan Bu Joyo menjemput rejekinya saban sore hari di warungnya di ujung sebuah Dusun kecil. Akan selalu menjadi sebuah kompas, bagi para keluarga muda, bagaimana sebaiknya mengarungi hidupnya setiap hari, di usia senja nantinya. Juga berguna bagi penulis sih.


Tetap bercanda, tetap romantis, dan tetap *Akas* melayani pelanggannya dengan bekerja sebagai penjual nasi goreng. Dengan merek Bu Joyo.


So sweet, bukanlah sebuah diksi yang ada dalam cerita sinetron FTV yang tayang di Stasiun TV saja. Dalam ranah realita sepertinya banyak kita temukan. Hanya acap kali kita abai saja mendokumentasikannya!

Baca Juga: Ibu Bumi


Makanya tidak salah, apabila seorang mantan Presiden RI pada suatu ketika ingin berjualan nasi goreng bersama istri tercintanya di kampung halamannya. Sayang si isteri tercinta _kadung kondur_ terlalu cepat menghadap ke Sang Illahi Robbi.


Maka dari itu, jangan ditunda keinginan Anda untuk melakukan sesuatu. Senyampang nafas itu masih ada. Meski hanya ingin melakukan sesuatu yang Anda anggap kecil. Seperti yang dilakukan oleh Bu Joyo. Membuka warung nasi goreng dengan suami tercintanya!

 

AAS, 5 Maret 2024
Warung Kopi Karmen Surabaya

Editor : Nasirudin