Catatan Mas AAS

Roda Pedati Berputar

Reporter : -
Roda Pedati Berputar
Mas AAS

Janjian dengan kolega jam 09:00 WIB di kantor Indopol Jawa Timur di daerah Jambangan. Telah menjadi kebiasaan penulis bisa datang on time menghadiri sebuah _appointment_ adalah sesuatu. Sehingga selalu berusaha datang 10 menit sebelum pertemuan terjadi di lokasi, saat membuat janji dengan siapapun.


Pagi ini, laksana memutar waktu. Bahwa kehidupan yang kita jalani tidak lah jauh-jauh dari sebuah perilaku dan kebiasaan yang telah dijalani sebelumnya. Entah saat menjadi mahasiswa, entah saat aktif di organisasi saat di SMA atau saat menjadi Mahasiswa sebelumnya.

Baca Juga: Mahasiswa Otentik


Sambil menunggu kolega, penulis pun melipat waktu dengan menulis. Agar kegiatan menunggu tidak menjadi boring!


Secangkir kopi tetiba di siapkan di atas meja oleh mas Fadoli, _piyantun_ yang biasa berada di kantor Indopol Jatim. Lalu penulis duduk di kursi dan mengucap terima kasih kepada si pembuat kopi. Sembari duduk lalu menoleh ke dinding kantor. Melihat lukisan tentang tokoh utama kemerdekaan RI di masa itu, ada tiga founding fathers yang sedang berdiri membicarakan sesuatu: Sukarno, Hatta, dan Syahrir.


Memandang lekat-lekat ketiga tokoh utama di masa-masa awal kemerdekaan tersebut. Penulis pada pagi ini, jadi menerawang sedemikian panjang perihal sejarah dan bagaimana negeri ini dibangun, didirikan, pada suatu ketika.


Sesaat melihat gambar photo ketiga tokoh tersebut, ada capture tulisan berbunyi: "Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun *tidak jujur* itu sulit diperbaiki!" Entah quote itu apakah miliknya Sukarno, Hatta, atau malah Syahrir. Namun pesan sedemikian kuat mampu ditangkap dengan lamat-lamat oleh penulis, setiap tokoh dalam level apapun, mereka pasti memiliki sebuah citra diri yang sedemikian otentik. Lahir dan muncul melewati jaman dengan semua jejak serta kiprah di masa hidupnya.


Cokro manggilingan, bak roda pedati kehidupan. Tentu saja gambar photo dan capture tulisan yang melekat pada photo ini, tidak sekadar sebuah tontonan nir arti. Ya, setidaknya sebagai bahan bakar untuk menghidupi setiap aktivitas diri bagi setiap saja yang melihat gambar photo tersebut.

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!


Hidup dan kehidupan sendiri itu sudah sebuah anugerah yang mesti disyukuri setiap waktu. Namun demikian hidup yang memiliki sebuah spirit dan alasan tertentu, tetap saja adalah sebuah manifestasi hidup yang layak untuk dijalani. Itu juga yang telah dicontohkan oleh Sukarno, Hatta, serta Syahrir, di dalam masa hidupnya yang penuh kebermanfaatan.


Tentu saja pada pagi ini, gelora, dan spirit itu juga begitu tumbuh dengan suburnya dalam benak penulis. Karena bagaimanapun sebuah api yang senantiasa harus menyala harus senantiasa dirawat agar tidak padam. Dan cara merawatnya boleh jadi dengan memandang lekat-lekat gambar photo para founding fathers di dinding kantor Indopol Jatim tersebut.


Apa kita semua tidak bangga dan bahagia, hidup di negeri yang merdeka yaitu Indonesia. Terus jasa siapakah itu semuanya? Selain kerena berkat Tuhan serta ridho-Nya, tentu saja perjuangan serta keikhlasan dari sosok-sosok yang autentik di atas lah.


Alfatihah. Untuk para founding fathers tersebut: Sukarno, Hatta, juga Syahrir.

Baca Juga: Ibu Bumi


Alhamdulillah..

 

AAS, 8 Maret 2024
Kantor Indopol Jatim

Editor : Nasirudin