Catatan Mas AAS

Kacang Ora Ninggal Lanjaran

Reporter : -
Kacang Ora Ninggal Lanjaran
Mas AAS

Semalam aku berjalan dan berkeliling ingin menemukan bagaimana seorang Sukarno berpikir lalu menyampaikan ide dan gagasannya lewat sebuah tulisan. Kemudahan mengakses informasi di era modern sekarang. Mampu menjadi alat dalam memuaskan dahaga penulis, tentang bagaimana para tokoh bangsa di negeri ini berbuat sesuatu di masa lalu, dengan menyampaikan gagasan besarnya lewat sebuah aksara.

Tidak lupa aku pun juga melipir bagaimana seorang Syahrir di tanah pembuangan Digul. Ia kerap menunggu setiap tiga Minggu sekali, sebuah kapal membawa surat dukungan tentang hidup di tanah pembuangan yang ia dapatkan dari istrinya yang berketurunan Belanda, Maria Duchateau. Tidak ada yang menginginkan menghabiskan hidup di tanah pengasingan, kebebasan terenggut, pergaulan menyempit. Kalimat-kalimat tersebut yang dipahat oleh salah satu founding fathers tersebut.

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!

Kegiatan menulis dilakukan juga oleh Hatta saat berada di tanah pengasingan. Ketiga founding fathers di atas, amat piawai menyusun kalimat yang menginspirasi menggetarkan setiap pembacanya. Sukarno mengajak membuka mata dan kepala bahwa dunia ini luas, ada banyak kesempatan yang bisa dikerjakan di tanah besar ini. Seorang Syahrir begitu tekun mempelajari budaya bangsa nya dan berpijak dari situ seharusnya ada banyak hal besar bisa dilakukan. Dan seorang Hatta begitu dalam dalam menjelaskan sebuah konsep tentang sesuatu.

Darimana ketiganya memiliki spirit dan memiliki sebuah kesadaran. Menyampaikan setiap ide juga gagasan yang dimilikinya agar dibaca, di mamah, lalu dimengerti, menjadi sebuah kompas dalam memperjuangkan sesuatu bagi negerinya.

Sepertinya secara sekilas dan selintas ketiga founding fathers itu hanya mengalir saja, dan memang harus berbuat demikian. Namun, sekali-kali tidak. Hati, pikiran, para pemimpin bangsa di awal kemerdekaan itu selalu hidup dan melebur dalam setiap jengkal nilai-nilai besar yang ada di dalam peradaban bangsanya. Ketiganya benar-benar memahami setiap inchi historis dari negerinya. Mereka tidak memamah sebuah persepsi dan perspektif yang diajarkan oleh orang lain, bangsa lain, tentang siapa sebenarnya Nusantara ini, di masa lalu, sekarang, dan mendatang. Ketiganya benar-benar berenang dalam samudera harapan yang hidup dari setiap penghuni di dalam wilayah khatulistiwa ini.

Semuanya dapat kita pelajari, dari setiap tulisan-tulisan yang ketiganya pahat. Sukarno, Hatta, dan Syahrir sepakat kepada satu hal, tulisan wajib dibuat untuk memperpanjang jangkauan sebuah perjuangan bangsa mampu dipahami oleh setiap anak bangsa di masa itu.

Penulis sadar. Ada kalanya kita wajib mengenali ulang tentang siapa saja para founding fathers yang sempat hidup dan berjasa besar. Membuat kita bisa hidup di tanah yang merdeka ini sekarang. Dari situlah, ada sedikit kesadaran ingin melanjutkan jejak-jejak sebagai seorang pamomong, merawat api perjuangan, dalam menjaga bangsa dan negeri yang besar ini tetap jaya dan lestari di masa depan.

Baca Juga: Ibu Bumi

Tanggung jawab itu tidak akan pernah kita berikan kepada orang lain, apalagi negara lain. Kembali mengenali siapa diri kita sejatinya sebagai sebuah BANGSA adalah salah satu dari banyak cara yang efektif dalam merawat negeri ini mencapai visi besarnya sebagai sebuah negeri dan sebuah peradaban agung yang bisa hidup di planet bumi ini.

Setidaknya sedari semalam dengan menelusuri kembali jejak para sosok-sosok besar yang pernah hidup di negeri tercinta di antaranya: Sukarno, Hatta, Syahrir.

Membuat api perjuangan yang berada di dalam bilik jiwa penulis pada pagi ini, terus menyala!Dan siap melanjutkan hidup yang gemilang di masa mendatang.

Kacang Ora Ninggal Lanjaran, tidak sekadar perilaku anak meniru kedua orang tuanya. Namun dalam makna yang lebih jauh, adalah meniru api semangat perjuangan para founding fathers saat merebut kemerdekaan dikonversi spiritnya dalam mengisi kemerdekaan yang bisa dilakukan oleh setiap anak bangsa di jaman modern yang sangat millenial sekarang, anak bangsa itu adalah termasuk penulis dan Anda sekalian yang sempat membaca aksara ini.

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Jaya selalu Nusantara, negeri yang kita cintai bersama ini...

 

AAS, 9 Maret 2024
Warung Kopi Langganan Rungkut Surabaya

Editor : Nasirudin