Catatan Mas AAS

Memperbesar Kapasitas: Melayani dan Mengasihi!

Reporter : -
Memperbesar Kapasitas: Melayani dan Mengasihi!
Mas AAS

Telah beberapa malam juga beberapa hari tidak menulis sesuatu. Entah yang dirasakan, entah yang dilihat, entah yang dialami, bahkan entah saat mendengar sesuatu.

Bahan-bahan tersebut di atas. Adalah media yang rutin dalam memantik pikiran penulis. Untuk memerintahkan jari jemari mengambil hape di saku celana lalu memahat sesuatu.

Baca Juga: Mahasiswa Otentik

Ada sesuatu yang terasa hilang dialami oleh penulis, saat tidak menganyam huruf!
Kerena dengan menulis sesuatu. Setidaknya satu tulisan setiap harinya.

Boleh jadi menjadi salah satu cara dari penulis dalam menikmati serta mensyukuri anugerah hidup dan kehidupan yang tengah dialami.

Ada banyak peristiwa di dalam hidup yang membutuhkan sejenak jeda untuk diperhatikan dengan saksama. Untuk mengambil suluh apa yang hendak diajarkan oleh semesta kepada kita.

Untuk memperjelas dan memperkuat lakon hidup kita masing-masing di masa depan! Dan tentunya juga sangat layak diberitakan kepada banyak orang agar setidaknya memiliki spirit yang sama. Yaitu memiliki semangat untuk mempercantik dunia agar semakin indah.

Tentu saja, menyoal fenomena tersebut. Dibutuhkan kesediaan diri untuk menambah kapasitas diri. Entah dengan mengambil pendidikan formal di bangku sekolah, belajar melalui buku, atau terjun melebur langsung belajar kepada alam. Dan melihat langsung bagaimana alam raya itu terus-menerus mengajari serta melayani kita sebagai manusia tanpa sedikitpun berharap kembali.

Mentari yang setiap pagi terus menyinari mahkluknya. Tanah yang selalu saja menumbuhkan sesuatu. Pepohonan yang menghasilkan begitu banyak oksigen yang dibutuhkan oleh paru-paru kita untuk bernafas.

Pagi ini, percikan kesadaran diri membuncah dalam benak. Diri ini seakan dituntun untuk melihat sepak terjang dari teladan hidup yang diberikan oleh semesta di atas!

Mereka semua benar-benar melayani dalam spirit kasih yang sedemikian paripurna. Tentu saja sebagai manusia yang katanya memiliki derajat tertinggi. Tidak cukup mudah dalam mengambil teladan yang telah dicontohkan oleh: mentari, tanah, dan pepohonan tersebut. Sebagai sebuah sikap hidup yang senantiasa kita kenakan dalam baju kehidupan kita sehari-hari.

Bersamaan saat sedang mengambil _kuda terbang_ di parkiran RSUD DR SOETOMO, tempat istri bekerja. Seketika ada seekor kucing, yang menahan penulis untuk pergi melanjutkan aktivitas selanjutnya. Kembali pulang ke rumah, masuk ruang inspirasi, persiapkan materi buat nanti sore mengajar di kampus ITB Yadika Pasuruan.

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!

Kucing imut itu sendirian di ruang parkiran. Ia begitu riangnya bermain di bawah kuda terbang yang sedang di parkir. Lalu diri inipun mengambil makanan kucing yang biasa di taruh istri di jok, untuk diberikan kepada si anabul orens itu biar tambah bahagia.

Memanglah benar, motivasi menulis dan membuat judul yang demikian. Semua dipicu sesaat menyimak dan memperhatikan tingkah polah kucing imut di parkiran tersebut.

Si anabul pada pagi ini, telah sukses menghantam ruang kesadaran dalam diri penulis. Tentang sebuah konsep yang sering _up and down_ menjadi perhatian serius dari penulis. Setidaknya dipraktekkan dalam kehidupan penulis.

Bahwa senyatanya semakin tinggi pendidikan, karir, dan status sosial kita. Ada kesengajaan yang mesti kita lakukan utamanya dalam hal ini penulis sendiri. Apa itu? Melucuti eksistensi ego ini agar semakin luruh, bukan malah meninggi. Karena acap kali hingar-bingar aksesoris status yang melekat dalam diri seseorang, semakin membuat manusia tidak _agile_ lincah berjalan menjadi dirinya sendiri yang otentik. Ia terlalu berat membawa beban statusnya!

Namun, terlalu lama tidak memahat huruf. Juga membuat jari-jemari ini tidak begitu lincah utamanya kedua jempol tangan kanan dan kiri saat memilih huruf pada _key pard_ hape.

Meski tidak lincah, namun diri ini tetap saja memaksa untuk menulis tentang teladan hidup yang telah dicontohkan semesta di atas.

Baca Juga: Ibu Bumi

Sebagai cara mengembalikan rasa penulis yang sempat hilang sebentar untuk beberapa hari ini. Karena boleh jadi sedemikian melekatnya terhadap sesuatu yang tengah terjadi.

Sehat, sukses, berkelimpahan rejeki, dan selalu bahagia. Semoga senantiasa menghampiri pada semua pembaca yang budiman.


Terima kasih.

 

AAS, 19 Maret 2024
Parkiran RSUD DR SOETOMO Surabaya

Editor : Nasirudin