Catatan Mas AAS

Menjadi Penulis

Reporter : -
Menjadi Penulis
Mas AAS

Sampai pada sebuah titik, kadang diri ini bertanya kepada diri sendiri? Kebiasaan menulis setiap hari dalam mendokumentasikan apapun yang menyulut penulis untuk menenun sebuah tulisan, apakah sudah berdampak bagi karir penulis sendiri!

Terus kompetensi apa saja yang mesti terus dipelajari serta dikembangkan terus menerus, dan mengerjakannya benar-benar dengan *hati* dibarengi rasa antusias yang begitu tinggi.

Baca Juga: Manfaat Bangun Pagi!

Tak dipungkiri, selain mengeja peristiwa keseharian yang mampir dalam kehidupan penulis: entah sekadar melarung sampah dalam pikiran yang dirupakan menjadi sebuah aksara, lalu sekadar mendokumentasikan saat diri mampir di warung kaki lima makan _sego sadukan_ yang nikmatnya sundul langit. Ya, memahat narasi macam begituan lah yang masih menjadi bagian utama tulisan yang dihasilkan oleh penulis.

Harus berani menantang diri sendiri untuk lebih spesifik, dalam menghasilkan sebuah tulisan tentunya. Apalagi dikaitkan dengan sebuah profesi utama penulis!

Menulis sebuah artikel yang layak diterbitkan dalam sebuah jurnal bereputasi misalnya: baik nasional maupun internasional? Celetukan seorang kawan lama menyadarkan penulis dalam pertemuan singkat di warkop Rungkut Surabaya, semalam. "Iya, kenapa tidak dicoba, pikir dan batin penulis!"

Apa manfaatnya sekolah hingga sampai level tertinggi, bila tidak berani menantang diri sendiri untuk membuat sebuah impian yang baru! Menulis artikel ilmiah bisa juga setiap hari, dan layak terbit pada jurnal bereputasi. Laksana membuat tulisan saban hari yang sudah dilakukan dan menjadi sebuah *kebiasaan*. "Hemmm, acap kali ada ketakutan yang membayang pada diri, merasa tidak mampu, kalau melakukan hal yang baru tersebut, sambil bernafas panjang penulis membayang kan habit yang baru tersebut!"

Tidak boleh berhenti, dan tidak boleh berpuas diri, akan apa yang sudah dicapai! Berhasil membuktikan satu hal, ternyata hal selanjutnya menunggu untuk dibuktikan kembali! Kiranya mestakung terjadi, aamiin!

Semalam seorang kawan memberikan semacam _guidance_ kepada penulis. Semacam perilaku yang baru yang kudu dimulai segera oleh penulis, untuk melakukan perilaku yang baru dalam menulis genre tulisan lainnya: tulisan ilmiah!

#Gairah Membaca.

Bergairah dalam membaca adalah modal awal bagi seorang penulis. Apalagi tulisan ilmiah. Karena sebuah tulisan adalah sebuah *refleksi* dari bacaan yang dilahapnya. Wawasan seorang penulis bagaimanapun dicerminkan dari luasnya bacaan. Dengan memiliki wawasan yang luas, maka perspektif penulis dalam membahas suatu tema akan lebih obyektif dan seimbang. Meski sudah mengetahui sebelumnya, namun saat di sampaikan ulang oleh seorang penulis juga, menjadi tambah mantab untuk melakukan hal yang benar itu kembali, hehe!

#Riset dan Observasi

Ini semacam perintah dengan tanda seru bagi seorang penulis ujar seorang kawan saat mengobrol tadi malam. Keterampilan utama yang harus di miliki oleh seorang penulis adalah kemampuan untuk riset. Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan tulisan yang informatif, dibutuhkan riset yang mendalam, sekali lagi tegas kawan tersebut.

Penulis yang baik harus bisa melakukan riset dengan menggunakan sumber yang kredibel, terutama jika tingkat kesulitan cukup tinggi. Sepertinya beberapa tools yang sudah dikuasai oleh penulis dalam menunjang kemampuan diri untuk menulis, wajib segera dipakai, agar tidak tersimpan rapi di _storage_ pikiran saja, batin penulis, saat menyimak obrolan yang disampaikan kawan penulis semalam.

#Fokus

Seorang penulis harus fokus dalam melakukan kegiatan menulisnya. Penulis butuh fokus dalam membahas satu tema. Agar pembahasannya tidak akan lari kemana-mana. Sering mendengarkan fatwa semacam itu dalam teori menjadi seorang penulis yang baik dan benar, namun saat disampaikan oleh seorang kawan lama semalam, terasa _mak jleb_ saja.

#Creative Thinking

Baca Juga: 14.516 calon mahasiswa Ikuti UTBK Di Unair

Terakhir kawan tersebut memberi sebuah ilustrasi: bahwa pekerjaan menulis identik dengan pekerjaan yang sarat menggunakan kreatifitas. Sehingga perlu mengasah jiwa seni dalam diri, katanya.

"Bernyanyi dan bermusik, boleh dilakukan, berarti ya," tanya penulis kepada kolega tersebut, upps!"

"Boleh, malahan wajib, Gus!"

"Mangstabbb, kalau yang memberi fatwa penulis adalah seorang penulis yang h-index nya tinggi, _aku jadi percaya_ mas bro!"

Lebih lanjut yang disampaikan kolega penulis semalam adalah: menulis adalah pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, semakin kreatif pola penyajian sebuah tulisan, maka semakin menarik untuk pembaca nikmati: baik tulisan esai, opini, juga termasuk tulisan ilmiah yang layak publish di jurnal bereputasi, ujar kolega tersebut.

Semakin belajar semakin tidak tahu, karena semakin banyak yang belum dimengerti. Menjadi sebuah analog yang sepertinya pas dialami oleh penulis semalam.

Sesaat bertemu kolega yang sudah menjadi *dewa* dalam menghasilkan tulisan-tulisan yang layak muat di jurnal bereputasi baik nasional dan internasional.

Sepertinya harus menyediakan *diri* kembali, untuk secara rendah hati, mau diajar dan belajar kembali ilmu yang baru!

Baca Juga: Mangayubagyo Hari Pendidikan Nasional

Kiranya obrolan semalam sebagai cara dari semesta untuk penulis semakin mendekati dengan kinerja serta habit yang sudah dicontohkan oleh tokoh idola penulis yaitu: kalau di FEB UB adalah Prof. Ahmad Erani Yustika, kalau di UGM tentu saja Prof. Mudrajat Kuncoro, kalau di kampus UI tentu saja Prof. Rheinald Kasali.

Semoga saja di suatu hari sampai juga pada sebuah _momen_ penulis di kukuhkan juga menjadi Prof AAS! Agar bisa sama dengan tokoh idola di atas hehehe! Meski saat menulis tulisan ini, penulis hanya bisa tertawa saja dan merasa tidak yakin, "Ahh mana bisa kau Andi! Meraih impian tersebut?"

Hemmm...kalau mau merubah habit pasti bisa, *yakin* penulis pada pagi ini!

"Ayuk mulai bekerja, mas bro! Ajak penulis kepada diri sendiri!"

Maturnuwun Gusti 

AAS, 17 Oktober 2023

Emper Rumah Rungkut Surabaya

Editor : Nasirudin