Catatan Mas AAS

Mangayubagyo Hari Pendidikan Nasional

Reporter : -
Mangayubagyo Hari Pendidikan Nasional
Mahasiswa ITB Yadika Pasuruan

Mulanya saya masih menimbang, apakah ingin menulis sesuatu pada pagi ini, ataukah segera merapat pulang ke rumah usai antar istri ke kantornya di RSUD Dr. Soetomo. Saat parkir kuda terbang, lalu duduk di kafe rakyat "warung kopi langganan" di Karmen Surabaya!

Mau menulis tentang apa? Seperti biasa mencari bahan yang berserak di sekeliling atau di dalam diri, untuk dijadikan bahan tulisan. Spontan buka WhatsApp grup. Melihat obrolan yang tengah berlangsung, serta melihat satu per satu gambar atau meme yang diunggah anggota. Ada beberapa bahan berupa photo yang menjadi inspirasi untuk ditulis,  seperti seorang kawan yang sedang diamanahi jabatan menjadi direktur utama sebuah perusahaan, yaitu PT. BMU, di Malang, tengah memasak tahu, di wajan penggorengan, sambil menyeduh minuman pagi dalam wadah cangkir yang terbuat dari keramik. Semacam minuman teh ginastel legi panas tur kenthel teh nya!

Baca Juga: Challenge Dari Kolega

atau seorang Ibu dosen yang notabene kolega penulis di Kampus ITB Yadika Pasuruan yang bersemangat menemani anak didiknya untuk mengikuti upacara hari pendidikan nasional pagi ini, di lapangan upacara yang diadakan pemerintah Kab Pasuruan! Ibu dosennya begitu bersemangat sekali.

Kemudian si Imam, sang penjaga warung kopi di mana penulis singgah saat menulis tulisan ini, telah siap di atas meja berupa kertas dan ballpoint untuk mencatat utang pelanggan nya yang sedang ngopi, ngeteh, dan ngudud, namun belum bisa bayar alias nyatet disik karena belum gajian, glodhak!

Tiga fenomena di atas, menjadi bahan yang menarik untuk dipanjangkan kisahnya menjadi sebuah aksara yang hidup pada pagi ini. Meski menarik, rada susah juga untuk memilih satu kisah, dari tiga kejadian nyata di atas. Sepertinya peristiwa nomor dua yaitu kolega dosen yang menemani anak didiknya mengikuti upacara HARDIKNAS yang menjadi fokus pembicaraan penulis pada tulisan pada pagi ini.

Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hardiknas diperingati setiap tahunnya oleh negeri ini, sebagai bukti akan arti pentingnya pendidikan dan seluruh instrumen nya dalam memajukan sebuah bangsa.

Hari pendidikan nasional membuat penulis teringat akan ajaran adiluhung dalam pendidikan yang disampaikan oleh Sang Maestro Pendidikan negeri ini yaitu Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara membentuk tiga semboyan yang diterapkan dalam sistem pendidikan di negeri ini, di antaranya sebagai berikut:

a. Ing Ngarso Sung Tulodo: Yang berarti, di depan sebagai sebagai seorang pendidik harus memberi teladan dan tindakan yang baik.

Baca Juga: UB Berencana Mengundang Mahasiswa untuk Klarifikasi Kasus Penerima KIP Kuliah yang Viral

b. Ing Madyo Mangun Karso: Sebagai seorang pendidik, saat di tengah-tengah anak didiknya ia harus sanggup memberi ide, juga inspirasi, agar anak didiknya mampu melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik.

c. Tut Wuri Handayani: Saat berposisi di belakang, seorang pendidik bisa memberikan dorongan dan arahan. Agar anak-anak didiknya berani take action melakukan sesuatu di dalam hidupnya!

Meski tiga semboyan di atas terdengar klise saat dihadirkan kembali pada momen hardiknas macam pada pagi hari ini. Namun, posisi sebagai pendidik, senyatanya memang punya tanggung jawab yang besar menjalankan konsep-konsep besar yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara di atas. Dalam wujud mikro nya: seorang pendidik harus terdidik dan mendidik dirinya sendiri terlebih dahulu. Sebelum ia turun gelanggang ke medan perjuangan di dalam kampus, di dalam fakultas, dan di dalam kelas, bekerja mengajar menjalankan perannya sebagai seorang pendidik setiap anak bangsa di negeri tercinta.

Sebagai penutup tulisan ini, penulis mau mengatakan secara jujur barangkali. Tidak bisa ditolak bahwa pendidikan yang ditempuh seseorang di dalam hidupnya. Adalah semacam sebuah kesempatan yang lebih besar dan lebih luas untuk seseorang bisa jadi diamanahi tanggungjawab, dan membuka pintu yang lebih terbuka buat seseorang bisa memberi kemanfaatan bagi negeri tercinta ini, Indonesia.

Baca Juga: Melarung Rindu Kepada Mandala di Gunung Arjuna Batu Malang!

Pada pagi ini, pada hari ini, spirit itu kita tancapkan dan asah kembali dalam hati dan sanubari masing-masing. Sesaat ikut mangayubagyo saat ikut meramaikan dan merayakan hari pendidikan nasional.

Meski merayakannya, penulis, tidak di lapangan upacara, begitu! Namun, spirit yang dimiliki penulis sama rasanya boleh jadi: "Sebagai seorang pendidik, mari kita dorong dan antarkan setiap anak-anak didik kita menjadi versi terbaik, otentik, dari dirinya masing-masing, agar mereka menjadi seorang manusia yang hidup akal, budi, dan hatinya, kelak di kemudian hari. Dan bisa memberi manfaat untuk dirinya sendiri, keluarga, agama, serta rumah besar tempat ia lahir dan pulang nantinya, yaitu Bumi Nusantara ini, aamiin yra!"...


AAS, 02 Mei 2024
Warkop Karmen Surabaya

Editor : Nasirudin