Tagline Gibran

Reporter : -
Tagline Gibran
Gibran Rakabuming Raka, Instagram

Oleh: Abdul Rohman*

Baca Juga: Babak Baru Instabilitas Keris Empu Gandring

Tagline adalah frasa atau kalimat singkat namun mampu mendeskripsikan sebuah produk. Lazimnya dipergunakan untuk mempromosikan sebuah merek dagang atau perusahaan.

Metode inilah yang dipergunakan Gibran dalam deklarasi pencalonannya sebagai cawapres tanggal 25 Oktober 2023.

Walaupun singkat, tagline yang bagus, cepet merasuk ke *_top of mind_* audiens. Bisa menggeser untaian kalimat yang panjang dan berbusa-busa. Narasi panjang dan akademik terkadang justru sulit melekat dalam benak audiens.

Kita ambil empat contoh program yang dikemas dalam bentuk tagline. *“Dana Abadi Pesantren”*. *“KIS Lansia”*. *“Kartu Anak Sehat”.* *“Kredit Start-Up Milenial”*. 

Tidak berselang lama, Menkeu Sri Mulyani mengemukakan bahwa program-program tersebut sudah ada dalam APBN. Sejumlah pejabat teknis juga mengonfirmasi bahwa program-program itu sudah menyatu dengan program yang lain. Jadi tidak perlu di pisah-pisah.

Masalahnya bukan sudah masuk atau belum dalam APBN. Ini soal strategi komunikasi publik. Metode Gibran menyangkut teknik komunikasi kepada segmentasi audiens secara langsung. Memasuki psikologi segmentasi audiens yang di maksud.

Misalnya program *“Dana Abadi Pesantren”*. Makna tagline itu Gibran secara lugas menyapa atau berkomunikasi secara langsung kepada 39.043 pesantren dengan 4,08 juta santri.

Ia menyapa dengan program. Untuk mengatasi kesulitan pesantren selama ini. Ialah pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.

Jika selama ini sudah ada pesantren yang mendapat program-program dari pemerintah, tentu masih banyak pesantren yang memerlukan sentuhan bantuan. Bagi banyak pesantren, khususnya yang belum tersentuh bantuan, pernyataan Gibran tentu angin segar. Solusi yang ditunggu-tunggu. 

Ketika capres-cawapres lain masih berebut pengakuan sebagai darah biru NU, Gibran masuk secara langsung ke segmen utamanya. Masuk ke pesantren melalui program. Sekaligus mengingatkan bahwa hari santri juga ditetapkan di era bapaknya.

Gibran memang belum datang ke pesantren-pesantren. Akan tapi pesannya sudah sampai. Bantuanhya akan segera datang ke pesantren-pesantren.

Tagline *KIS Lansia*. Maknanya ia menyapa menyapa 28 juta lansia atau setara 10,7 persen penduduk Indonesia (data tahun 2020). Betul program itu sudah masuk menjadi bagian dari program KIS. Namun problem Lansia itu tidak sedikit. Program itu akan akan menancapkan nama Gibran dalam *_top of mind_* para lansia.

Makna tagline *Kartu Anak Sehat*. Ialah ia sedang menyapa para ibu menyusui. Jumlahnya tentu banyak. Bisa jutaan juga. Tidak sedikit di antara mereka tentu kesulitan menyediakan asupan memadai bagi anak-anaknya. Lontaran program Gibran itu tidak mustahil akan menjadi tema perbincangan Ibu-Ibu menyesui. Termasuk ketika menyeruak tema-tema mengatasi *stunting*.

Terakhir *“Kredit Start-Up Milenial”*. Melalui tagline ini ia menyapa para _content creator_, anak-anak muda pelaku e commerce dan industri kreatif. Kaum muda ini segmen kreatif, namun tidak jarang terbentur modal. Kadang dibelit pinjol. Gibran datang dengan solusinya.

Terlepas program itu sebagian besar sudah tercakup dalam APBN, yang pasti Gibran pandai menyapa audiens melalui tagline program-programnya. Ia menyapa melalui bahasa yang mudah dimengerti dan diingat segmen-segmen audiens itu. Segmen pimpinan dan pengelola pesantren-lansia - ibu menyusui - pelaku kreatif milenial.

Siapa konsultan komunikasinya, tak penting kita kulik. Sejauh ini yang jelas Gibran bisa menutup kekurangan Prabowo Subianto.

Prabowo fokus pada grand narasi seperti isu kedaulatan dan geopolitik. Gibran melengkapinya dengan bahasa kerakyatan yang sederhana dan mudah dicerna.

ARS ([email protected]),  Jakarta Selatan: 26-10-2023

*Peminat Kenusantaraan

Baca Juga: Dirjen PHL Mengajak Insan Pers Kawal Transisi Kepemimpinan Nasional Demi Selamatkan Planet Bumi

Editor : Ibrahim