Catatan Mas AAS

Manusia bergerak Karena Sebuah Alasan!

Reporter : -
Manusia bergerak Karena Sebuah Alasan!
Mas AAS

Semenjak habit menulis sudah merasuk ke dalam diri. Lewat kedua jempol saya yang terbiasa membuat sebuah tulisan, macam: esai, opini, feature, atau sekadar deskripsi kejadian sehari-hari menggunakan rumus 5W1H, dalam seluruh paragraf yang ditulis.

Ternyata perilaku ini, membawa dampak yang lainnya. Setidaknya menjadi semakin ringan menulis sesuatu di dalam kepala sebelum dipindah oleh kedua jempol saya, lalu menulisnya di hape!

Baca Juga: Mangayubagyo Hari Pendidikan Nasional

Dampak selanjutnya adalah semakin lebih suka memposisikan diri sebagai seorang pengamat. Pengamat orang lain, pengamat fenomena keseharian, pengamat sebuah bacaan yang berserak lalu lalang di media sosial yang dibuat oleh netizen juga di dalam sebuah buku, sebuah artikel manuskrip. Dan tak lupa adalah pembaca setia dari setiap menu yang disuguhkan oleh semesta dalam setiap harinya.

Perilaku lainnya yang menghampiri ke dalam diri adalah lebih suka mendengar. Setidaknya mendengar yang sedang bergemuruh di dalam diri. Selain mendengar yang sedang terjadi di luar diri dalam bentuk omongan, sikap dari orang lain. Saat merespon kehadiran sebuah karya yang sedang diukir, dihasilkan oleh kedua jempol jemari ini.

Sehingga kegiatan memahat huruf ini, tarafnya sudah pada level candu. Sehari tanpa menyetubuhi huruf-huruf latin ini. Hidup serasa tidak ada arti!

Semua karena sebuah alasan!

Karena suatu ketika, pernah di-bully atau merasa ter-bully oleh seorang Guru Besar yang sedang memberi materi dalam pelatihan AA dan Pekerti: "Dosen ora esoh nulis, mulih ae, ngarit maneh!"

Akhirnya salah satu peserta yang tengah duduk di depan, di acara pelatihan tersebut. Langsung 'Triwikromo', men-sabda pada diri sendiri! "Mulai besok pagi hingga 365 hari ke depan, aku harus menulis! Lalu esok pagi pun tiba, sabda itu telah menjadi tuah! Dalam satu tahun berturut-turut dalam setiap harinya, si peserta pelatihan itu, terus tekun menganyam huruf menulis sesuatu melalui hape jadul nya!"

Setelah bersilaturahmi dengan kata, kalimat, lalu juga paragraf. Dalam waktu yang sedemikian lamanya. Sepertinya si peserta pelatihan itu, menyadari dirinya yang sekarang: "tak bisa hidup apabila tak membuat sebuah tulisan!" Ia sedemikian Gandrung untuk menulis. Menulis sudah menjadi semacam seorang kekasih yang akan selalu ia cintai, sayangi, sepenuh hati juga jiwanya.

Di dalam warkop, bus, kereta, pasar, toilet, ruang tunggu, parkiran. Jemari ini tak pernah kehilangan rasa antusias. Untuk mendokumentasikan fenomena apapun yang sempat terlintas di dalam penglihatan, serta pikiran ini! Dengan menuliskannya.

Lalu semesta pun seperti mendukung pilihan hidupnya. Untuk berbuat sesuatu demi negeri yang dicintainya lewat kegiatan memahat huruf. Energi itu tak pernah habis diberikan oleh Zat Yang Maha Sayang tersebut. Untuk kedua jempol jemarinya selalu memilih diksi terbaik yang akan dipakainya menulis.

Baca Juga: Kekuatan Berbicara

"Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan dimenangkan!" Demikian kata-kata seorang Syahrir muda, saat itu, salah satu founding fathers negeri ini!

Berharap, para anak didik di Bangil Pasuruan dan sekitarnya. Utamanya yang menggantungkan mimpi hidupnya agar bisa tercapai. Dengan belajar, kuliah, menggali ilmu di kampus ITB Yadika Pasuruan. Dapat membaca tulisan ini, harapannya, para calon leader bangsa di masa depan tersebut. Sebagai manusia dan sebagai seorang mahasiswa dapat memiliki api di dalam jiwanya. Untuk memiliki vision yang agung dalam hidupnya dan bisa berbuat sesuatu bagi diri, keluarga dan negeri tercintanya, aamiin.

Sehingga sampai pagi dan hari ini. Penulis masih terus bersemangat untuk hidup dan melanjutkan kehidupan. Mendidik setiap anak bangsa di negeri ini agar memiliki visi yang utuh atas negerinya adalah sebuah panggilan hidup yang terus mengharu biru hadir dalam jiwa ini.

Anak-anak bangsa itu harus didampingi, diajari, agar tidak alami in secure dengan jati diri bangsanya. Bermula dari pengetahuan dan pandangan yang benar akan bangsanya, ia akan mudah memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan dirinya sendiri. Dan ini sangat mendukung dan membantu proses ia meraih cita-cita nya. Karena pasti akan ada aral yang muncul untuk menguji sejauh mana keseriusan anak-anak bangsa tersebut.

Soal tempat pengabdian, bisa dilakukan dimana saja.

Baca Juga: Mahasiswa Otentik

Itulah jalan hidup yang sudah dipilih, oleh peserta pelatihan yang sempat TRIWIKROMO tersebut.

Setiap orang punya cara dan pilihan untuk bisa berkontribusi bagi negerinya. Ini adalah salah satu jalan hidup yang dipilih oleh penulis. Ini ide dan gagasan penulis: bahwa anak-anak bangsa di negeri ini harus dijelaskan, didampingi, dan diajarkan tentang jati diri negerinya yang besar dan memiliki nilai-nilai hidup Adi Luhung. Buat dia menjadi generasi yang optimis terhadap rumah besarnya sendiri, jangan menjadi generasi lembek dan pesimis, bahkan tidak PD dengan negerinya sendiri. Ironis.

Maturnuwun Gusti. Mugi Panjenengan Ngijabahi Margi Kawulo, aamiin yra.

AAS, 25 Januari 2024
Taman Bungkul Surabaya

 

Editor : Nasirudin