Mengintip Reuni SMPN 6 (Paralel) Surabaya

Reporter : -
Mengintip Reuni SMPN 6 (Paralel) Surabaya
Rombongan reuni SMPN 6 Surabaya saat berpose di Desa Wisata Panglipuran, Kabupaten Bangli, Bali.

Pelaksanaan reuni memang sudah 10 hari yang lalu. Akan tetapi, kegembiraan dan keriangan selama reuni di Bali (19-21 Januari 2024) masih terasa hingga sekarang. Ini terbukti dari grup WA peserta reuni yang diberi nama Go Go Go to Bali sebanyak 49 alumni dan alumna, terus berdenting.

Mereka yang bereuni adalah lulusan SMP Negeri 6 Surabaya tahun 1979 atau yang disebut SMPN 6 Paralel. Mungkin embel- embel istilah paralelm karena pada waktu itu masuknya ( jam pelajaran dilakukan pada siang hari). Terlepas dari embel-embel paralel, prestasi mereka sama dengan siswa SMPN 6 Surabaya (Pagi). Buktinya banyak juga yang diterima di SMA/SMEA Negeri di Surabaya dan Malang.    

Mereka sangat gembira kendati pelaksanaan reuni belum memasuki hari H. Bahkan, 1 bulan sebelum hari H, peserta reuni yang tinggal di Padang, Lampung, dan di luar jawa lainnya, terus berkomunikasi melalui grup WA. Kegembiraan itu tercermin dari kalimat yang diposting di grup WA. Antara lain, “nanti selama di Bali tidurnya satu kamar sama aku ya” Ini tentunya WA sesama teman wanita atau sesama teman pria.

Bahkan dalam perjalanan dari Surabaya ke Bali, sengaja menggunakan transportasi darat, meskipun rata-rata usia peserta reuni udah di atas 60 tahun. Hal ini diputuskan, sekaligus mengingatkan mereka pada waktu perpisahan kelulusan yang melakukan tour ke Jawa Tengah menggunakan bus.

Semakin mendekati hari H, WA kegembiraan peserta reuni semakin tidak terbendung. Maklum mereka tidak bertemu selama masa pandemi Covid-19. Isi WA macam macam, ada yang isi WA-nya mengingatkan masa sekolah, terutama pada waktu bolos sekolah, ngerjain bapak/ibu guru, hingga mengenang para pahlawan tanpa tanda jasa (guru) baik yang dianggap sebagai orangtua maupun yang dianggap galak pada waktu itu.

Intinya, para alumni merasa terima kasih kepada para pahlawan tanpa tanda jasa itu. Jika tidak didik oleh para guru, apa jadinya sekarang. Mungkin yang bias diucapkan hanya kalimat “Terima kasih kepada bapak/ibu guru SMPN 6 Surabaya yang dengan sabar mendidik kami”

Pren Pren Maafkan Saya Ya

Hari Kamis, 18 Januari 2024, peserta Go Go Go to Bali berkumpul di halaman Masjid Al Akbar Surabaya dan akan berangkat ke Bali sekitar pukul 16.30. Dalam situasi diguyur hujan, panitia sedikit ketar-ketir karena jam keberangkatannya akan molor. Alhamdulillah, peserta datang tepat waktu dan tidak lama berkumpul langsung whoos meluncur ke Bali.

Selama perjalanan menuju Bali, peserta tidak ada yang tidur. Dibenak mereka pokoknya semua harus riang gembira. Disini senang di sana senang, dimana mana hatiku riang (istilah Pramuka). Yang mereka lakukan di dalam bus sangat sederhana, apalagi kalau bukan karaoke. Saling bergatian bernyanyi  dengan membawakan lagu mulai dari pop hingga dangdut. Yang paling meriah ketika melantunkan lagu dangdut, semua peserta berjoget (ada yang sambil berdiri ada yang tetap duduk sambil menggerak-gerakan bahunya). Minimal, mereka menggerak-gerakan kedua jempol tangannya.   

Hari Jumat sekitar pukul 08.30 waktu Indonesia bagian tengah (Wita) rombongan memasuki halaman Hotel Adhita yang terletak di Jalan Nangka Selatan 57, Denpasar, tempat mereka bermalam. Panitia reuni di Bali menyambut rombongan dengan mengenakan seragam SMPN 6 (Putih Biru) lengkap dengan badge SMP Negeri 6 Suarabaya yang dipasang di saku baju.

Setelah pembagian kamar dan membersihkan diri masing-masing, mereka melakukan sarapan bersama menunya nasi campur bali “Warung Pojok” Sambil ceritera ngalor ngidul, tidak terasa panitia mengumumkan pukul 10.00 rombongan harus sudah berangkat menuju Pantai Pendawa. Sesampainya di Pantai Pendawa, sudah disambut dengan menu makan siang. “Baru sarapan sudah disuruh makan siang. “Wah kita ini benar-benar gak boleh lapar” umpat salah satu peserta sambil antre mengambil makanan.

Setelah makan siang, dilanjutkan dengan sesi foto bersama maupun foto individu. Berbagai gaya ditampilkan peserta reuni, mulai dari gaya berpelukan dengan sahabat kentelnya waktu sekolah sampai gaya jongkok sambil gandengan tangan. Pokoknya semua gaya foto ditampilkan.

Puas dengan berfoto, rombongan meninggalkan Pantai Pendawa menuju Pantai Jimbaran untuk makan malam. Tidak lama setelah bus meninggalkan parker, tiba-tida bus berhenti dan salah satu awak bus memberi kode kepada panitia yang membawa mobil di belakang bus. Ternyata ada salah satu peserta putri turun dan minta bergabung dengan panitia yang mengendari mobil pribadi.

Dengan wajah pucat sambil menahan rasa sakit, panitia yang berada di dalam mobil dalam hati mengatakan “Wah ini peserta sakit dan harus dilarikan ke rumah” Setelah masuk mobil, peserta tersebut minta tolong dianterin balik lagi ke parkiran. Mungkin ada barang yang ketinggalan di Pantai Pendawa. Eh ternyata dugaan panitia yang pertama dikira sakit gugur. Demikian pula dugaan kedua ada barang yang ketinggalan gugur pula. Gugurnya dugaan tersebut setelah dia mengatakan “Aku terno nang toilet arep ngising (Aku anterin ke toilet mau BAB)” Panitia yang berada didalam mobil serentak tertawa sambil melihat wajah peserta yang tidak kuat nahan BAB, sambil menepuk jidat masing-masing.    

Sesampainya di Pantai Jimbaran, rombongan sudah disiapkan meja kursi memanjang untuk makan malam. Begitu masuk resto, beberapa peserta berucap “Panitia keterlaluan ini, masak hari pertama di Bali disuruh makan melulu”

Sambil menunggu makanan datang, aktifitas rutin dilakukan yaitu foto dengan latar belakang pantai sambil berburu Sunset. Canda tawa sambil berfoto mencerminkan betapa bahagianya mereka setelah beberapa tahun tidak bertemu. Bahkan candaan ketika masih di SMP juga disuguhkan salah satu peserta, yaitu setelah berfoto pura-pura jatuh kebelakang dan menimpa temannya. Meski sedikit kesakitan, tapi mereka tetap terbahak bahak sambil ngomelin peserta yang berpura-pura jatuh.

Hari kedua, Sabtu 20 Januari 2024, rombongan bergerak menuju Desa Wisata Panglipuran, Kabupaten Bangli, setelah menunaikan sarapan. Dalam perjalan dari Denpasar yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam, rombongan begitu turun dari bus digiring menuju Bamboo Cafe yang lokasinya berada di  Desa Wisata Panglipuran. Tujuanya apalagi kalau tidak untuk makan siang. Lagi-lagi peserta geleng kepala sambil ngomong “mangan maneh”  Makan siang kali ini situasinya benar benar berbeda dengan yang lain. Makan siang berada dibawah hutan bambu yang sejuk dan semriwing anginnya. Udara yang begitu jarang didapat peserta, entah bisa memengaruhi napsu makan apa tidak, tergantung pembawaan masing-masing peserta.

Selesai makan siang dilanjutkan keliling Desa Panglipuran sambil masuk ke area permukiman warga Desa Panglipuran. Warga menyambut dengan senang hati dan ada yang bertanya tentang bagian dari bangunan rumah. Melalui dialog tersebut, warga juga menawarkan souvenir atau makanan ringan  dengan harga terjangkau.

Dan acara ritual yang tidak boleh dilewatkan peserta reuni tidak lain dan tidak bukan adalah berfoto ria. Sesi pertama foto yaitu foto bersama dengan latar belakang pemandangan Desa Panglipuran dari atas. Sesi foto bersama selesai, peserta dibebaskan untuk foto masing masing. Disini, peserta  kembali menunjukkan gaya berfoto  yang berbeda dengan sebelumnya. Pokoknya tidak mau kalah dengan gaya foto pengunjung Desa Panglipuran.

Puas menjelajahi Desa Paglipuran, dilanjutkan meluncur ke kawasan wisata Tirta Empul. Di Tirta Empul, lagi-lagi peserta unjuk kebolehan dalam selfi. Pokoknya, gaya yang ditampilkan benar-benar berbeda, top markotob gayanya.

Puas berfoto, peserta harus kembali ke hotel, mengingat masih ada acara puncak yaitu malam keakraban yang digelar di pelataran hotel mulai pukul 19.00 Wita. Acara yang dikemas sederhana tapi mengesankan itu, diisi dengan berbagai kuis, games, dan pembagian doorprice, serta tukar meukar kado dari peserta.

Peserta Malam Keakraban  banyak yang mengenakan pakaian adat Bali (terutama untuk peserta putri). Sekitar pukul 20.30 Wita acara berakhir, dan peserta sepakat menggunakan kata Pren Pren untuk menyapa atau mengingatkan sesama peserta. Istilah Pren Pren, muncul ketika pembawa acara yang mengajak peserta untuk merenung dan berdoa sambil berdiri membentuk lingkaran. “Pren pren, maafkan saya selama kita berkumpul di Bali, Pren pren mudah-mudahan dalam perjalanan kita dari Bali ke Surabaya lancar tanpa ada hambatan apapun, dan selamat sampai di rumah masing-masing”  

Hari Minggu, 21 Januari 2024, sekira pukul 14.00 rombongan meninggalkan Hotel Adhita menuju Surabaya. "Terima kasih kepada para peserta reuni yang semangatnya luar biasa untuk bertemu degan kawan-kawan. Kami atas nama panitia di Bali mohon maaf kalau ada kesalahan dan kekurangan dalam menjamu peserta reuni," demikian ujar Dadung selaku panitia reuni di Bali.

Pelukan dan tangispun pecah, karena peserta dari Surabaya berpisah dengan peserta yang dari luar Surabaya. Alhamdulillah dalam perjalan menuju Surabaya tidak mengalami hambatan apapun dan hari Senin, 22 Januari 2024, sekitar pukul 02.30 bus sudah tiba di halaman Masjid Al Akbar Surabaya.

Sampai jumpa reuni tahun 2025 yang tempatnya belum ditentukan, semoga semua dalam keadaan sehat-sehat dan bisa kembali ikut reuni tahun depan. Berdoa dan beribadah terus Pren. (*)

Editor : Yoyok Ajar