Oleh: Wahidin, M.Si*

Hiburan masyarakat menjelang akhir ramadhan di meriahkan oleh Re-Rabe (Badut) di Desa Ulu Danau

Reporter : -
Hiburan masyarakat menjelang akhir ramadhan di meriahkan oleh Re-Rabe (Badut) di Desa Ulu Danau
Re Badut

Suasana akhir ramadhan banyak tradisi dan sesuatu yang unik dalam kehidupan masayarakat untuk membuat suasana sahur semakin semangat seperti di suku semende Desa Ulu Danau setiap malam akhir ramadhan cara membangunkan orang-orang sahur di kampungnya menghadirkan Re-Rabe (Badut).

Istilah Re-Rabe sudah sejak dahulu orang suku semende di Desa Ulu Danau kabupaten OKU Selatan Sumatera Selatan mengenalnya, biasanya Re-Rabe untuk mengusir burung disawah ketika menjelang panin banyak sekali burung-burung yang hingga ke padi, lalu masyarakat memiliki ide mengusir burung dengan cara kreativitas membuat Re-Rabe dengan kardus atau karung atau kain alakadarnya digantung disekiling sawah yang sudah digambar wajah manusia, ketika ada burung mau hinggap ditarik talinya untuk mengusir burung tersebut. Re-Rabe juga sebagai alat yang paling efektif bagi petani disawah dalam mengusir burung harapan mereka agar hasil panin melimpah dan terhindar dari hama burung.

Baca Juga: Harapan Hidup Berpengaruh Pada Perilaku Hidup Sejahtera

Berawal dari situlah Re-Rabe bermunculan di kampung ini dan dijadikan tradisi malam terakhir ramadhan untuk di perankan orang menjadi Re-Rabe dengan cara berkeliling kampung serta diiringi musik alakadarnya untuk membangunkan sahur.

Adanya hiburan Re-Rabe (badut) ini memang membuat suasana di Desa Ulu Danau semakin semangat bangun sahur di bulan puasa-nya. Ketika menjelang akhir bulan suci ramadhan kebiasaan orang-orang di Desa Ulu Danau akan membuat rerabe/badut yang di kreatifitas oleh masyarakat menjadi tontonan bersama saat membangunkan sahur di malam terkhir ramadhan.

Rerabe/badut malam tadi menjadi suatu tontonan masyarakat dalam memeriakan sahur terakhir, sengaja digelar diakhir ramadhan puasa supaya sahurnya semakin semnagat. Banyak orang tidak mau jadi Re-Rabe (badut) karena bersifat sukarela alias gratis mau jadi Re-Rabe (badut).

Setelah ada yang mau memerankan Re-Rabe (Badut) maka dimulai jam makan sahur diajak tayang diwaktu sahur berkeling kampung dan diiringi musik, disini biasanya Re-Rabe ( Badut) akan banyak mendapat sedekah atau semacam pemberian hadian oleh masyarakat buat rerabe/badut, mereka senang dan bahagia bisa bangun waktu sahur bisa melihat Re-Rabe (Badut).

Ketika uang yang di dapatkan oleh Re-Rabe (badut) murni semua diberikan kepada pemeran Re-Rabe itu sendiri. Setelah keesokan harinya masyarakat mulai bertanya-tanya dan penasaran siapa Re-Rabe (badut) semalam.

Waktu berakhir keliling kampung biasanya Re-Rabe (Badut) akan berlari dengan sendirinya ketempat gelap, berlari sekencang-kencangnya menghidari agar orang tidak tahu siapa pemeran Re-Rabe (badut) sesungguhnya tidak ada yang tahu kecuali ada beberapa orang saja yang pegang kendali Re-Rabe (badut) yang tahu itu siapa Re-Rabe (badut).

*Wahidin, M.Si , Pegiat Sosial, Founder Kopi Ulu Watu, Ketua DPD IPSPI Sumsel

Editor : Nasirudin