Catatan Mas AAS

Hidup Sekali Harus Bahagia

Reporter : -
Hidup Sekali Harus Bahagia
Mas AAS

Kumpul di markas Warung Kopi Rungkut. Kumpul dengan bolo kurowo para jawara yang berjaya di masa mudanya. Mereka setiap pagi ngecangkruk di sini berkumpul, berbincang, dan guyon maton parikeno sak katoke!

Di sini tidak ada kasta semua selevel, entah kasta: umur, pendidikan, ketokohan, dan keturunan. Semua hidup dengan bahagia sambil nyeruput kopi sambil mangan tahu, tempe, telo dan pohong!

Baca Juga: Kekuatan Berbicara

Ada banyak tokoh di masa mudanya yang selalu mengaji tentang kehidupan di sini, antara lain: Mbah Trimo pensiunan Guru SD yang selalu ndagel omongane, yang berjaket hitam dan merah. Kyai Subhan guru ngaji di Rungkut tampak jenggot rimbun di janggutnya yang mulai memutih.

Si Karto yang biasa buka lapak tambal ban, tongkrongannya bak Socrates filosof dari negeri Yunani, orang diam kalau mau ngomong cuman satu dua tapi nylekit dan makjleb hangkrik tenan.

Dan si AAS si penjual nasi goreng Mbah Joyo, sedang ikut nimbrung juga gojekan di sini sambil tunggu si Istri kulakan bumbu dapur di Pasar Paing!

Dan tak lupa si penjual kopi Cak Man, yang lambene ora tahu meneng, sejak warung di buka hingga saat di tutup, itu mulut ora tau meneng lebih parah dari pensiunan Guru SD yaitu Mbah Trimo.

Yang paling wise tentu Mbak Marto berkaos biru ke Warkop selalu naik Pajero diantar anak tercinta, setelah cukup guyon maton parikeno nyangkruk di warkop, nanti kasih kabar ke anaknya di suruh menjemputnya pulang menikmati masa pensiunan di rumahnya yang besar, maklum mantan pejabat kotamadya dulunya!

Materi obrolan di sini levelnya sudah setara dengan kelas reguler program doktoral Ilmu Manajemen saja.

Kenapa begitu? Semua anggota di komunitas warkop sini semua bisa ngomong berpikir kritis untuk menyikapi semua fenomena terkini: negara, kampus, masyarakat, partai, bahkan organisasi keagamaan macam NU Muhammadiyah juga tak lupa dibahas!

Dan pola obrolannya mengalir begitu saja secara bebas, dosennya adalah si pemilik warkop Cak Man!

Kalau peserta tidak bisa ngguyu ngakak akan dapat nilai E, tidak cocok kuliah di sini, di warkop pagi Rungkut!

Berbeda kalau di bangku sekolah formal siswa dan mahasiswa yang anteng duduk manis di depan tidak resek dapat nilai A. Di sini kalau keterusan diam atau minimal ikut tertawa lah, bisa dikeluarkan dari komunitas.

Emang aki-aki Koboy yang menjadi pengarep di warkop sini. Ini Mbah Gareng durung teko, nek teko, tambah ajur maneh guyonanane.

Ludrukan Kartolo dan baseman pun akan kalah pamor dengan Mbah Gareng dalam soal menggojek bola, upps, maksudnya menggojek omongan dan suasana agar tetap model mode on terus hehehe!

Karena umur sudah pada gaek semua, obrolan soal karibnya, banyak yang sudah pulang ke kampung keabadian, jadi topik utama selain sakit penyakit.

Tapi itu semua langsung di potong di kritik habis sama Mbah Trimo," Urip pisan, wis tuo, malah mikir mati terus, mikir o piye esoh Urip Sing Urup lan nggenah dol!"

"Masuk pak Eko," jawab si tukang tambal ban!

Baca Juga: Mahasiswa Otentik

Mbah Trimo ini setipe dengan Mbah Gareng, manusia yang DNA hidupnya selalu riang dan gembira, tak mau rempong urusan kadonyan sehari-hari. "Sing sering nggresulo malahan bakule: sing jare ora laris warkop e, bayaran anak sekolah tambah larang, manuk e ora payu-payu, dan lain-lain!" Namun, kalau di Warkop hadir Mbah Trimo atau Mbah Gareng, sing bakul lambene meneng tak bersuara seharian yang bernada: ratapan dan keluhan!

Posisi sing bakulan Sego goreng Mbah Joyo. Hanya duduk diam untuk menyimak obrolan, lalu jari-jarinya memahat kata-kata, kalimat, serta guyonan yang muncul dalam obrolan yang membuat semua yang hadir tertawa ngakak tak berkesudahan, dan berpikir keras bagaimana obrolan di sulap menjadi bahasa tulisan.

Memang paling ramai di warkop sini, saat pagi, sekira satu dua jam saja. Setelah itu sepi.

Cak Man sing bakulan kopi lebih banyak duduk sendirian di warkop sambil menunggu para pembeli yang datang satu dua. Karena para pelanggan setianya yang rata-rata sudah pada aki-aki itu datangnya pagi-pagi benar!

Siang sedikit kudu sudah ada di rumah. Ngapain? "Bobo tidur siang dong," jawab Mbah Marto, wong Sugih dari Rungkut tersebut!

Dan semua pelanggan setiap warkop nya Cak Man. Selalu senang kalau dikunjungi oleh mas AAS. Karen mereka nanti pasti jadi bahan tulisan dan gambar photo nya mereka akan nangkring di kanal media sosial, macam FB dan IG, milik nya penulis.

Jangan salah meski sudah berumur mereka semua melek akan dunia: FB, IG, dan utamanya Tiktok. "Takon Karo anak putune!" Benar-benar hebring pokoknya!

Dan tulisan ini juga sudah di review oleh mereka secara peer to peer layaknya tulisan manuskrip yang bakalan di submitt di jurnal yang terindeks Scopus, yang banyak dikurasi oleh para reviewer yang pakar di bidangnya sebelum publish!

Dan tulisan ini pun sudah di baca oleh para aki-aki di markas ini, sebelum di share ke pembaca yang budiman!

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!

Dan posisi sebagai editor di ambil langsung oleh Cak Man pemilik warkop!

"Piye, wis layak dibaca opo ora tulisan e, Cak Man?"

"Siap jos mas AAS, wis siap di share iki!"

"Okeh, siapa takut!"

Dan bismillah tulisan ini pun kelar. Dan siap dibaca sebagai teman setia pembaca dalam beraktivitas pada pagi ini.

Dan meski jadi tukang tambal ban, Si Karto suka bernyanyi, dan lagunya: Yus Yunus, Megi Z, dan Hamdan ATT, samar-samar terdengar fals dinyanyikan oleh si Karto. "Luwih apik awakmu meneng ae Karto," hardik Mbah Trimo, ajur pakdhe, geeerrrrrr!

Benar-benar kehidupan di Surga hadir mewujud di bumi, terjadi pada pagi ini di warkop nya Cak Man, Rungkut Surabaya!


AAS, 22 Juni 2023
Warkop Cak Man Rungkut Surabaya

Editor : Nasirudin