Beda Gejala Flu dan Demam Berdarah

Reporter : -
Beda Gejala Flu dan Demam Berdarah
Foto istimewa

Jakarta,JatimUPdate.id-Pada dasarnya, gejala DBD (demam berdarah dengue) dan flu memiliki kemiripan, yakni demam. Beberapa gejala penyerta kedua penyakit tersebut juga serupa, mulai dari sakit kepala, mual, hingga nyeri otot, tulang, atau sendi.

Meski mirip, bukan berarti kedua penyakit tersebut tidak memiliki perbedaan gejala. Anak yang terjangkit influenza biasanya juga mengalami gejala gangguan pernapasan, seperti pilek, hidung tersumbat, atau batuk. Sementara, DBD tidak menyebabkan gangguan tersebut.

Baca Juga: Tiga Langkah Pemda Provinsi Jabar Tangani DBD, Sosialisasi, bantuan obat-obatan, dan pengawasan

Perbedaan itu bisa menjadi pemandu orangtua agar DBD tidak terlambat tertangani. Di samping itu, orangtua juga perlu mewaspadai bila anak mengalami demam tinggi selama tiga hari. Tes darah lengkap wajib dilakukan jika hal tersebut dialami anak untuk mengetahui kemungkinan terinfeksi DBD.
Jangan pula terlena apabila demam pada anak turun tiba-tiba. Sebab, demam yang turun secara tiba-tiba merupakan bagian dari fase pelana kuda yang menjadi ciri khas DBD. Untuk diketahui, fase pelana kuda DBD terdiri dari tiga fase.

Pertama, fase demam (febrile phase). Pada fase ini, seseorang akan mengalami demam tinggi hingga 40 derajat Celcius dalam kurun waktu 2-7 hari. Sejumlah gejala timbul, mulai dari mual, muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan, muncul bintik merah, hingga nyeri pada otot, tulang, dan sendi.

Baca Juga: Kasus DBD Melonjak, Gerindra Minta Pemkot Surabaya Lakukan Fogging Secara Masif

Kedua, fase kritis (critical phase). Pada fase ini, pasien DBD biasanya merasakan kondisi tubuhnya membaik karena suhu tubuh perlahan menurun. Pasien pun merasa dapat beraktivitas kembali karena merasa sudah sembuh. Padahal, fase tersebut justru perlu mendapat perhatian serius karena terbilang sebagai fase paling berbahaya. Pasalnya, gejala demam turun biasanya diiringi dengan penurunan jumlah trombosit di batas normal. Penurunan keping darah bisa menyebabkan pendarahan dan kebocoran plasma darah.

Kondisi ini dapat menyebabkan pasien syok. Bahkan, berpotensi mengancam nyawa. Adapun fase kritis berlangsung selama 24-48 jam yang dapat terjadi 3-7 hari sejak demam berlangsung. Oleh sebab itu, cairan tubuh pasien harus terus dipantau.

Ketiga, fase pemulihan (recovery phase). Fase ini akan berlangsung selama 48-72 jam setelah fase kritis. Kadar trombosit pada tubuh pun mengalami peningkatan yang relatif cepat hingga kembali ke kadar normal.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kejadian DBD mencapai 131.265 kasus pada 2022. Sebanyak 40 persen di antaranya dialami oleh anak usia 0-14 tahun. Sementara, angka kematian akibat DBD mencapai 1.135 kasus dengan 73 persen terjadi pada anak usia 0-14 tahun. (Dari berbagai sumber)

Editor : Yoyok Ajar