Catatan Mas AAS

Darimana Datangnya?

Reporter : -
Darimana Datangnya?
Catatan MAS AAS

Dari mana datangnya sebongkah keberanian seorang anak muda Sukarno, untuk membulatkan tekad dirinya berjuang demi negerinya!

Darimana datangnya kesabaran seorang Nelson Mandela dibui hampir 27 tahun oleh pemerintahan Apartheid di Afrika Selatan kala itu!

Baca Juga: Challenge Dari Kolega

Darimana datangnya kemampuan menulis dari seorang Paulo Coelho yang mampu melahirkan karya novel fiksi semacam Alkemis yang begitu Mashur seperti itu.

Darimana datangnya kemampuan Maya Angelou mampu melahirkan puisi, dengan deretan kata-kata bak bersuara merdu layaknya suara seorang vokalis dunia.

Darimana. Darimana. Darimana sebuah tanya terus menerus hadir menghinggapi kepala penulis siang ini!

Tuhan dengan otoritas nya telah memilih dan menempatkan diri ini lahir di bumi ini. Tentu tidak sekadar untuk lahir saja, hidup, lalu mati.

Sekali-kali bukan untuk itu manusia dilahirkan di dunia ini. Ada misi, ada tanggung jawab, serta ada harapan.

Dan faktanya mencari apa tanggungjawab, apa tugas, dan apa amanah yang secara spesifik diamanahkan kepada setiap pribadi: bak pencarian sebiji jarum di tumpukan jerami.

Kadang sebagai sebuah pemicu perlu ada peristiwa besar, perlu ada goncangan hidup, perlu ada tumbukan pikiran, dan perlu ada pergolakan panjang dalam jiwa!

Hingga dirinya sendiri yaitu si manusia tersebut: segera bangun dari tidurnya, bangkit dari keterpurukannya, untuk berbenah merubah hidupnya, untuk melanjutkan visi hidupnya yang mulia. Paling tidak visi itu benar-benar dipahami, dimengerti, serta diyakini oleh dirinya sendiri.

Baca Juga: Melarung Rindu Kepada Mandala di Gunung Arjuna Batu Malang!

Orang-orang besar di atas: Sukarno, Nelson Mandela, Paulo Coelho, Maya Angelou, dan mungkin masih banyak lagi sosok yang tak sempat penulis kutip. Mereka pernah menjadi anak remaja, pernah menjadi anak muda, lalu dengan kesadaran dirinya yang utuh, tampil dengan gagah berani show up untuk menyampaikan gagasan-gagasan besarnya ke dunia, serta melahirkan karya-karya gemilang yang tak lekang oleh jaman. Mereka benar-benar melahirkan legacy buat generasi selanjutnya di negerinya masing-masing.

Sukarno di Nusantara. Nelson Mandela di Afrika Selatan. Paulo Coelho di Brazil. Dan Maya Angelou di Amerika.

Mereka manusia biasa sama dengan kita. Mereka juga merasa lapar, haus, bisa marah, bisa sedih, bisa juga mencintai.

Hanya pembeda utamanya, mereka dengan kita barangkali. Mereka sejak awal sudah jelas, mengetahui siapa dirinya, memiliki kemampuan lebih di bidang apa, dan sepenuhnya fokus bertekun di bidang tersebut.

Kalau kita? Entahlah, sila dijawab sendiri-sendiri, apakah sudah bisa seperti mereka setidaknya.

Baca Juga: Bagaimana Menjadi Aktivis di Jaman Now?

Tulisan ini, membuat penulis melipir sejenak untuk menunda masuk ke dalam masjid guna menjalankan sowan salat Jumat, karena kesadaran tentang tema di atas, menggedor-gedor ruang kesadaran penulis pada siang ini! Sempatkan sejenak duduk di serambi halaman masjid, guna mengeluarkan isi pikiran disulap menjadi sebuah aksara.

Demikian saja, cerita yang bisa dibagikan oleh mister AAS kepada Anda semuanya.

Alhamdulillah.


AAS, 22 September 2023
Halaman Masjid Al-Maghfiroh Rungkut Surabaya

Editor : Yuris P Hidayat