Oleh : Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA

Kesyukuran Menambah Khazanah (perwakafan)

Reporter : -
Kesyukuran Menambah Khazanah (perwakafan)

ITS menjadi perguruan tinggi pertama yang menginvestasikan dana abadi (endowment fund) sebesar 50 miliar di instrumen sukuk wakaf metode private placement. Program-program wakaf ternyata bukan hanya di Indonesia, dan bukan pula hanya berdimensi duniawi, melainkan juga berdimensi ukhrawi. Dengan kata lain, wakaf memiliki dimensi kekinian dan dimensi kenantian. Selain itu, ternyata BWI banyak men-create program-program yang memudahkan dalam berwakaf.

Ada tiga (3) kesyukuran di hari penandatanganan Perjanjian Kerja Sama ini, yaitu kesyukuran sebagai inisiator, kesyukuran bisa berterima kasih, dan kesyukuran menambah khazanah (perwakafan).

Baca Juga: Gubernur Khofifah: Wakaf Penguat Sinergitas Turunkan Kemiskinan dan Persempit Ketimpangan Sosial

Kesyukuran pertama, ITS sebagai inisiator, karena ini merupakan program perwakafan yang pecah telor di ITS. Beliau mengutip hadist Riwayat Muslim no. 1017, “Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun”.

Tegasnya, konsekwensi ITS sebagai inisiator, insyaAllah akan mendapatkan nilai plus atas inisiator kebaikan yang telah dilakukan, dan akan mendapatkan nilai plus-plus-plus lagi karena kebaikannya itu diikutin oleh orang lain. Namun sebaliknya, barangsiapa yang mentradisikan kejelekan maka ia akan mendapat nilai negatif atas ketidakbaikan yang telah dilakukan, dan akan mendapatkan tambahan nilai negatif lagi, negatif lagi, dan negatif lagi karena ketidakbaikannya itu diikutin oleh orang lain.

“Fenomena Eril”

Alhamdulillah ITS telah memberi contoh ketauladanan kebaikan. Semoga kita semua turut mendapatkan nilai plus-plus-plus, meski mungkin saat kita masih hidup di dunia, atau dalam dimensi kenikian ini, kita tidak tahu. Barangkali kita tahunya suatu saat nanti, ketika telah memasuki dimensi kenanantian, setelah di alam akherat.

Dalam konteks ini, fenomena almarhum Eril, putra dari Ridwan Kamil, yang kondisi jenazahnya tetap utuh meski telah hilang selama 14 hari dapat menjadi pelajaran bagi kita semua atas pentingnya amal kebaikan dalam dimensi kekinian. Sangat boleh jadi, almarhum Eril memiliki amalan kebaikan yang luar biasa, hingga sangat banyak yang mendo’akannya, wallahualam bissawab.

Oleh karena itu, pecahnya telur Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) di perguruan tinggi melalui mekanisme private placement di Kampus ITS ini patut kita syukuri. “It’s First”, atau “ITS First”, ungkap pria yang akrab disapa Pak NUH. Joke istilah “It’s First” ini mungkin dimaksudkan untuk menyebut ITS sebagai perguruan tinggi pertama kali berinvestasi di instrument sukuk wakaf private placement. Semoga perguruan tinggi lainnya dapat segera mengikutinya.

 

Kesyukuran kedua, ITS bisa berterima kasih kepada negara. Kita tahu tujuan Negara Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Baca Juga: Muswil IKA ITS PW Jatim, Sinergi dan Kiprah Alumni Membangun Negeri

Terlepas dari segala kelebihan dana kekurangannya, pemerintah tentu sudah all out untuk mewujudkan tujuan negara Indonesia tersebut. Untuk itu, dibutuhkan anggaran pembangunan dan belanja negara (APBN) dengan dana yang luar biasa besar. Untuk mendapatkan dana besar itu tentu tidak mudah.

Dalan konteks ini, kita tentu patut bersyukur, karena ITS telah turut berkontribusi kepada negara dengan cara menginvestasikan dana abadi ITS di instrument sukuk negara melalui metode private placement. Meski tentu nominal kontribusi ITS tentu masih sangat kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan negara. Yang terpenting ITS telah turut berterima kasih kepada bangsa dan negara.

Di samping itu, sejatinya investasi dana abadi ITS di sukuk itu juga bukan sekedar menyerahkan atau menempatkan dana, melainkan ITS juga mendapatkan imbal balik kebaikan atau bagi hasil, berupa disconto dan kupon (tingkat imbalan), yang secara bisnis dapat berjalan dengan baik.

 

Kesyukuran ketiga, ITS menambah khazanah perwakafan. Semula mungkin kita belum pernah tahu, karena belum ada knowledge tentang perwakafan. Kini kita sudah tahu dan mulai mencoba (experiments) berinvestasi di instrument sukuk wakaf private placement. Setelah fase experiments tentu kita akan mendapatkan pengalaman (experiences), dan pada gilirannya nanti ITS akan punya keahlian (expertise) dalam hal pengelolaan dana abadi, ataupun asset-aset lainnya, khususnya terkait investasi di sukuk negara melalui metode private placement.

Baca Juga: Walikota Eri, Kandidat Ketua IKA ITS PW Jatim

Penerbitan sukuk wakaf tersebut sebagai salah satu bentuk komitmen pemerintah untuk mendukung pengembangan investasi sosial dan pengembangan wakaf produktif di Indonesia. Melalui sukuk wakaf, pemerintah memfasilitasi para pewakaf uang, baik yang bersifat temporer maupun permanen, agar dapat menempatkan wakaf uangnya pada instrumen investasi yang aman dan produktif.

Sesuai peraturan perundang-undangan di bidang wakaf, BWI dalam kedudukannya sebagai nazhir atau pengelola wakaf telah melakukan penempatan dana wakaf uang dalam SBSN melalui mekanisme private placement. Sukuk Wakaf yang diterbitkan adalah SBSN seri SW001, jangka waktu 5 tahun, tidak dapat diperdagangkan (non-tradable), dan dengan imbal hasil investasi yang berupa diskonto dan kupon.

Diskonto dibayarkan sekali di awal transaksi penerbitan SW001 dan akan digunakan oleh BWI untuk pengembangan aset wakaf baru, yaitu renovasi dan pembelian alat kesehatan guna mendukung pembangunan retina center pada RS Wakaf Achmad Wardi. Sementara itu, kupon dibayarkan setiap bulan dan akan digunakan untuk pelayanan operasi katarak gratis bagi kaum Dhuafa di Rumah Sakit yang sama, dengan target jumlah Dhuafa yang dilayani selama lima tahun sebanyak 2.513 pasien. Selanjutnya, dana sukuk wakaf tersebut akan kembali 100 persen kepada wakif saat SBSN seri SW001 tersebut jatuh tempo pada 10 Maret 2025.

 

  • Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA
  • Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI)
  • Di sampaikan dalam penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara ITS dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI), Senin (13/6) di Gedung Rektorat ITS. 

 

Editor : Nasirudin