Catatan Mas AAS

CONNECTING THE DOTS

Reporter : -
CONNECTING THE DOTS

Diskusi sore itu, berlokasi di sekitaran dekat Masjid Agung Surabaya. Tepat pukul 17:17 WIB sore. Baru hadir, beberapa menit kemudian suara adzan magrib berkumandang. Namun demikian, alhamdulilah. Masih kebagian untuk ikut kirim doa tahlil teruntuk senior yaitu Mas Jauhar Arifin, yang beberapa hari lalu beliau wafat, karena sakit.


Jadwal diskusi, bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan RI ke 77. Dengan pembicara Cak Ahmad Cholis Hamzah (Tokoh senior Mahasiswa di Surabaya), dan beliau pernah bekerja 22 tahun di Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya.

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!


Aku sedang duduk diam serta melantunkan amin yang panjang teruntuk mas Jauhar Arifin. Baru berdiri, dan berjalan menuju tangga turun ke lantai bawah -tahlilan dan acara formal biasa diadakan di lantai puncak-, Kang Yakin, sang sekretaris umum, sedikit berbisik kepadaku," Mas AAS tolong nanti jadi moderator diskusi ya, pas Cak Ahmad Cholis Hamzah jadi pembicara, paparkan materinya."


"Lha, kok tidak Kang Yakin saja, selaku sekum. Saya kurang PD bertemu, berhadapan, dan di pelototin, oleh seluruh orang-orang hebat, pada acara formal begini". Pintaku kepada Kang Yakin!


"Mas AAS, bisa saja." Pak sekum yang bijaksana itu pun akhirnya meyakinkanku bahwa aku bisa, serta mampu tampil dengan percaya diri. Dengan tulusnya beliau dalam memotivasi saya. Lalu saya pun jadi luluh juga terharu, sejurus kemudian aku menjawab, "Siap, laksanakan tugas, Kang Yakin!"


Acara diskusi dijadwal pukul 19:00 WIB. Sehingga jamaah juga seluruh pengurus yang hadir, usai solat, kembali turun ke lantai 1 buat guyon maton parikeno juga makan serta minum, menikmati kudapan yang sudah disajikan begitu apik oleh tim charlie angel para bidadari yang di pandegani Jeng Mimin dan Jeng Jani.


Subhanallah tepat pukul 18:30 WIB, pemateri yang dinanti pun tiba di Graha, Cak Ahmad Cholis Hamzah. Dan setengah jam menuju acara diskusi utama dimulai, kita pun semua terlibat berbincang santai di ruang tamu
Aku yang bertugas sebagai moderator, sudah dibuat spechless oleh Cak Cholis, pengetahuan beliau soal geopolitik global keren habis, hal itu bisa terjadi karena portofolio beliau, yang pernah berposisi sebagai staff yang mbau rekso di Konsulat Jenderal Amerika Serikat, dan selain itu beliau menjadi mahasiswa S2 di University of London, Inggris pada tahun 1988, dan lulus! Selebihnya beliau banyak berkeliling ke belahan dunia yang lain yang begitu banyak negara ada juga eksis di atas planet bumi ini.

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!


Melihat profile juga Curiculum Vitae pembicara bikin aku kena mental buat memoderatori beliau. "Gimana nih, kang Yakin. Aku tak paham soal tetek bengek geopolitik global itu," ujar ku ke kang Yakin. Apa daya aku yakinkan diri sendiri, dengan memperbanyak self talk positif yang banyak saja ke diri sendiri hehehe, "wis maju aelah, grotal-gratul dadi moderator, yo, rapopo," kan ora dihukum, pikirku!


Usai bagi binagi ngobrol santai antara pengurus dan cak Cholis. Ddiskusi yang dipandu oleh hadirnya seorang pembicara yang ahli disebuah bidang yang dibahas, dan tak lupa seorang moderator yang smart juga kocak, biar tidak boring itu jalannya diskusi! Dan kurikulum itu dahulu secara masif juga sistemik, kita pelajari dan dalami bersama-sama saat jadi aktivis Jalanan.
Nah, anehnya. Ciri khas seorang Aktivis,Yaitu sosok yang memiliki critikal thinking. Lambat laun namun pasti sudah mulai hilang, saat ini yang jamak dan tidak jarang aktivis mahasiswa itu gemar berita palsu fake news atau hoax. Dan sadar atau tidak, mereka jadi begitu bergembira seakan-akan telah berjihad besar karena sudah jadi agen of change . Sekadar meneruskan tulisan dan berita orang lain, yang pembuat dan penulis beritanya tidak tercantum di tulisan. Itu salah satu poin yang jadi bahan diskusi.


Poin selanjutnya dipaparkan oleh pemateri adalah tantangan yang dihadapi mantan aktivis mahasiswa kedepan, dalam konteks "Seberapa paham dan tahu, apa sih posisi sebenarnya Indonesia di level eksternal (global)?" Dan ini kalau diturunkan di level Jawa Timur, apa sih, yang kudu jadi konsen dan fokus di gerakkan.


Di singgung juga oleh cak Cholis soal IPM (indeks pengembangan manusia) seberapa kita paham soal pemerataan yang sudah bisa dilakukan pemerintah daerah perihal air, listrik, juga bisa yang paling baru adalah stunting. Apa kita sudah aware soal tren ekspor perdagangan RI. Ke negara mana saja produk dari negeri ini dibeli oleh negara lain, dan negara lain itu siapa, dan yang paling banyak beli produk kita itu negara mana?

Baca Juga: Inspirasi Pagi


Dan cak Cholis malam itu sampaikan data terkini perihal itu semuanya. Itu soal ekspor adik-adik, terus perihal impor jugalah sama. "Saudara Anda sakit, dan harus cuci darah, Alat buat cuci darah, beli juga dari negara itu!" Cak Cholis, kasih penjelasan juga disertai data dan fakta, sebagai moderator aku pun cuman bisa dibuatnya mlongo dan hanya bisa bilang banjur piye ini
Tepat saja. Barusan terlintas dalam pikiran, setelah waktu satu jam digunakan untuk sampaikan materi dengan luar biasa, oleh pemateri. Belum aku buka diskusinya dengan tanya juga jawab, aku sudah lihat beberapa tangan sudah acungkan diri,"Mau ngapain mas Agus, kok sudah acungkan tangan ya? Kan, ruang tanya jawab belum saya buka, ini baru saya mau baca catatan saya buat ingatkan ulang ke audiens apa saja sih materi yang sudah dibahas oleh pemateri. Di mana-mana yang namanya Agus itu tidak bisa diam ya, pingin selak ngacung saja!" Kataku, membuat ruangan diskusi ngakak tertawa! Just kidding brother!


Saya kira tidak perlu saya detilkan pertanyaannya satu demi satu dari audiens. Dan jawaban yang disampaikan oleh pemateri ya, karena off the record, saya perlu ada ijin juga kalau tulis semuanya.
Malam itu juga dibahas, bahwa tidak layak berpikir juga bertindak sektarian, baik sektarian kampus, juga demografi, apalagi daerah. Negara lain sudah berpikir mau hidup di planet Mars, anak bangsa malah sibuk berantem terus urusan politik.

Cakrawala berpikir kita selaku mantan aktivis mahasiswa harus lebih aware, ternyata masih banyak PR yang harus dikerjakan diperuntukkan bagi umat yang lebih besar, itulah esensi dari connecting the dots sesuai judul tulisan.
Datang saat sore, lalu pulang dini hari untuk diskusi . Demi apa coba semua itu dilakukan ? Semua itu, tidak lain tidak bukan dilakukan hanya untuk kamu bestie. Kiranya lelah ini menjadi lillahNya dikemudian nantinya!

Editor : Redaksi