Catatan MAS AAS

Jalur Pitulungan

Reporter : -
Jalur Pitulungan
salah satu sudut terminal bungurasih

Jalur 7, jalur bus patas Surabaya-Malang di Terminal Bungurasih adalah jalur pitulungan. Aku menyebutnya demikian.

Kenapa bisa begitu?

Baca Juga: Eri Cahyadi Hingga Bayu Airlangga Masuk Bursa Cawali Kota Surabaya Versi ARCI

Hampir tiap pagi selama 3 tahun ini. Aku sehari-hari saat pergi dari Surabaya ke Malang naik Bus Patas. Dan biasanya jalan dari parkiran di Terminal Bungurasih menuju ke koridor 7, lalu naik bus, dan bus itu membawaku untuk antarkan mimpiku bisa terwujud. Lulus kuliah dari program doktoral FE UB. Amin.

Demikian! Cerita kecil di pagi ini aku mulai.

Ada banyak cerita yang tenggelam dalam samudera ingatanku. Perihal seluk beluk kehidupan di Terminal bus terbesar di kota Surabaya ini.

Ada banyak tawa, ada banyak tangis, dan kadang peristiwa keduanya acap kali dialami bersamaan.

Pada setiap penghuni yang gantungkan hidup dan kehidupannya di terminal ini. Ada kru bus mulai dari sopir dan kondektur, pengamen, tukang semir sepatu, penjual makanan keliling, juga penjual yang mangkal jaga depot nya yang harga sewanya melangit, tapi kadang jualannya sepi, juga tak jarang ada satu dua copet.

Semuanya sama-sama melantunkan doa ke langit. Berharap usahanya lancar, ramai jualannya, dan saat bekerja jalankan profesi sebagai copet, juga bisa aman tidak ditangkap pak polisi, apalagi di masa masyarakat! Urip ning donyo maneko warno kahanane.

Jangan lupa copet pun juga berharap belas dan kasihan dari Sang Pemilik Alam, agar dijaga dan didampingi biar selamat selama menjalankan profesinya.

Tapi yang selalu tertawa itu dari sekian banyak profesi di atas adalah tukang tunggu ponten dan pemiliknya. Karena toilet di terminal selalu ramai tak pernah sepi. Usaha toilet tak pernah bakalan kena badai ekonomi juga epidemi, macam covid. Lancar jaya saja.

Karena konsumennya tak kuat lagi menunggu buat menahan salurkan hasratnya. Wis kadung kebelet! Bayar berapapun mau saja ke penjaga toilet. Maka dari itu tarif ponten juga signifikan naik terus, tiap tahunnya bahkan bisa tiap bulan, upps.

Kita lanjutkan ceritanya sedikit lagi ya. Ini berbicara konsep yang lain, sisi kehidupan lain di Terminal.

Suatu ketika saat kumpul bersama kaum remang yang mencari penghasilannya dengan cara yang merugikan orang lain. Karena dompetnya ilang, atau barang berharga lainnya.

Mereka juga berdoa sangat khusuk agar percaya diri saat beraksi. Entah beraksi saat di dalam bus atau juga di darat. Tak jarang cerita itu aku dapatkan langsung saat mencuri dengar kisahnya dari pelaku kedua atau malahan pelaku utama.

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!

Karena selain berstatus sebagai seorang mahasiswa. Aku juga punya profesi lainnya sebagai tukang ojek online, profesi sampingan ini membuat aku jadi bisa leluasa berkumpul dengan banyak manusia dengan berbagai banyak latar, saat tidak kuliah, atau saat tidak mengajar mahasiswa.

Ketika berbicara secara inten dengan para kaum proletar di atas. Ada kesamaan perilaku juga, perihal usahanya agar lancar dan selamat. Mereka berharap bahwa secara horisontal juga vertikal dapat kemudahan. Meski usahanya bisa disebut merugikan orang lain.

Itulah suka duka sebuah kehidupan di Terminal. Saya kira di Terminal lainnya juga sebelas dua belas kejadiannya.

Tuhan itu selalu baik. Baik dan buruk sama-sama diberikan.
Mungkin manusia saja yang mudah memvonis sesuatu itu baik, apa sesuatu itu buruk, atas sesuatu yang tampak secara indrawi saja. Dari koridor 7 lah, aku benar-benar melihat pelangi di kehidupan dunia ini!

Resiko serta karma yang akan terjadi kemudian, bukan tanggungan penulis, namun ditanggung penumpang serta para pelaku nya masing-masing.

Waspada waspadalah!

Dan pagi ini, aku kembali ke Malang. Naik bus yang sama lagi. Guna melanjutkan perjalanan, tuntaskan misi sampai tujuan!

Baca Juga: Guyon Maton Parikeno Wayah Sore

Jalur 7 di koridor Terminal Bungurasih, benar-benar membawa arti bagiku. Ia menyimpan rekaman tentang sebuah perjalanan juga saksi bisu yang abadi! Bagaimana perjalanan menuntut ilmu ini aku harus lakukan. Baik ilmu tentang materi sekolah dan utamanya ilmu tentang materi kehidupan.

Keduanya berjalan secara hybrid saat mempelajari kedua ilmu di atas. Baik Ilmu materi sekolah dan ilmu kehidupan.

Dan keduanya memuat dua buah syarat agar bisa sukses saat mempelajari ilmu keduanya. Yaitu memakai jalur horisontal dan vertikal yang kudu seimbang harus dijalankan secara bersamaan.

Dan di dalam bus yang sudah melaju sampai tol Pandaan sekarang. Aku duduk di kursi depan sambil memandang para pak tani dari jendela bus patas, mereka sudah bekerja di sawah, dan tampak bukit juga gunung yang siap memberi kesejukan pada kehidupan di pagi yang cerah ini!

Selamat pagi teruntuk Anda semuanya! Jangan lupa ngopi...

AAS, 18 Januari 2023
Dalam Bus Patas Otw Surabaya - Malang

Editor : Redaksi