Catatan MAS AAS

Pemulung Huruf

Reporter : -
Pemulung Huruf
Dr. Muzakki, Direktur SDGs Center UB

Sebuah idiom baru bagi saya. Membaca diksi pada judul tulisan di atas.

Begitu yang disampaikan oleh Dr. Muzakki, Direktur SDGs Center UB semalam. Istilah itu dinisbatkan kepada penulis sesaat beliau bertugas menjadi moderator pada acara bedah buku Urip Iku Urup tadi malam!

Baca Juga: Sesederhana Itu Cara Menikmati Hidup Yang Paling Epik!

Pemulung huruf sebagai sebuah proses kreatif bagaimana sebuah Tulisan dipahat. Demikian sang moderator menggambarkan. Dan setelahnya penulis pun mencoba melakukan refleksi. Dan kurang lebihnya memang demikian cara penulis menulis.

Pemulung bertugas memungut kepingan, serpihan, barang, yang terbuang dan masih bisa digunakan. Memulung huruf bisa jadi menggunggah kejadian serta peristiwa sederhana remeh temeh dijadikan bahan sebuah tulisan. Huruf-huruf itu dipilih untuk menjelaskan kejadian sederhana itu menjadi menarik, berarti, syukur mampu memberi inspirasi.

Lazimnya tulisan itu dibuat diinspirasi dari peristiwa besar, heboh, dan menjadi perhatian massa. Begitu seorang penulis menulis tulisannya.

Lah, mister AAS sebaliknya. Kejadian kecil, tak terlihat, disepelekan, bahkan dianggap angin lalu oleh orang lain. Ia tulis ia up dan menjadi menu bacaan yang cukup menghibur bagi para pembacanya. Begitu sekali lagi disampaikan oleh sang moderator.

Apa benar begitu? Topik serta bahasan pada tulisan-tulisan yang dibuat oleh mister AAS selama ini!

Bisa jadi iya. Bisa jadi seiring belajar dan ingin menjajal genre tulisan lain. Konten dan gaya bisa jadi lain. Apa itu mungkin? Sangat. Karena jenis tulisan itu banyak sekali. Dan polanya sesekali atau banyak kali penulis itu penasaran akan mencoba mengajak jari jemarinya menenun aksara dengan format yang berbeda. Yang bukan biasanya ia buat dan tulis.

Baca Juga: Challenge Dari Kolega

Setidaknya semenjak memiliki kebiasaan menulis. Tetiba saja saya jadi sensitif menyimak obrolan orang, mengamati status, dan tulisan orang, meski itu hanya sekadar obrolan di WhatsApp. Darinya ada banyak kosakata yang acap kali aku temukan, dan itu baru, dan itu penting bagiku.

Semua itu bisa jadi sebuah perilaku dari apa yang disebut dengan pemulung huruf itu. Kenapa bisa itu terjadi? Bisa jadi tidak ada jawaban yang final. Setidaknya dari tradisi yang demikian, apa yang dilihat, dengar, kecap, rasakan, spontan tergelitik untuk menuliskannya.

Kadang muncul ide dalam kegiatan yang demikian. "Bagaimana ya, apabila aku coba satu Minggu saja, tidak menyimak hiruk pikuk kejadian yang berada di luaran sana. Aku ganti full dirumah, namun fokus membaca sebuah topik masalah. Dan tentu saja dari banyak sumber referensi yang terkini. Lalu hasilnya ditulis. Fokus pada satu topik tersebut!"

Dan secara empiris itu juga yang dilakukan pakar marketing di Indonesia, Yuswohady. Beliau menginap disebuah tempat favoritnya. Selama satu hingga dua Minggu. Pulang sudah jadi buku terbaru dan menjadi best seller. Menarik kayaknya dicoba!

Baca Juga: UB Berencana Mengundang Mahasiswa untuk Klarifikasi Kasus Penerima KIP Kuliah yang Viral

Perilaku memulung huruf ini adalah sebuah kreatifitas dalam mengelola ide dan juga gagasan dari sebuah rasa sadar untuk membuat Urip Iku Urup. Jadi prinsipnya harus berproduksi terus menerus. Pola input prose output dilakukan secara disiplin dan terus menerus.

Medianya adalah dengan melahirkan tulisan-tulisan yang memang dikehendaki oleh pembaca dan jelas nyata ada pasarnya!

Tetap dalam aras bidang sumber daya manusia, tentunya. Yang hari ini pada bidang itulah penulis berlabuh dan menekuninya.


AAS, 16 Maret 2023
Ruang Belajar Rumah Rungkut Surabaya

Editor : Nasirudin