Hari Pers Nasional (HPN) 2024 dan HUT PWI ke-78 Tingkat Jawa Timur

Pameran Tunggal Lukisan Karya Jansen Jasien Jelajah Peradaban Leluhur

Reporter : -
Pameran Tunggal Lukisan Karya Jansen Jasien Jelajah Peradaban Leluhur
Ket Foto:- Jansen Jasien disela-sela menyiapkan pameran lukisannya di Gedung PWI Jatim, Senin (26/2/2024).(foto: pewartapos.com/ d wahjoeharjanto)

Surabaya, JatimUPdate.id,- Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2024 dan HUT PWI ke-78 Tingkat Jawa Timur dimeriahkan dengan aneka kegiatan yang cukup eksotik, antara lain Pameran Lukisan Tunggal dari pelukis ekspresionis Jansen Jasien (JJ) dengan mengambil tema: Jelajah Peradaban Leluhur, yang akan berlangsung 28 Februari 2024 hingga 5 Maret 2024 di Gedung PWI Jatim, Jalan Taman Apsari 15-17 Surabaya.

“Pameran ini diciptakan sebagai wujud pendharmaan kepada para leluhur. Konkritnya bukan sebuah lukisan, namun sebuah situs sejarah dengan undangan bagi para pengunjungnya, untuk berinteraksi, memberikan hormat, baik dalam doa maupun melalui harum wangi sebatang dupa,” kata pelukis yang ramah dan penuh senyum itu disela-sela menyiapkan pameran lukisannya di Gedung PWI Jatim, Senin (26/2/2024).

Baca Juga: Bukan Basa Basi Bupati Jember Sebut Kritik Pers Membangun


Karya-karya yang terpampang di Gedung PWI ini sebenarnya mengekpresikan sebuah catatan sejarah, yang dikemas dengan piawai dalam bahasa visual yang binal dan emosional. Setiap garis, setiap warna, setiap torehan pisau palet dan tumpukan cat yang menggumpal, menceritakan kondisi psikis sang pelukis dalam perjuangannya menjaga budaya leluhurnya.

“Karya ini adalah sebuah seruan bagi generasi penerus bangsa untuk menoleh ke belakang, belajar dari pesan luhur nenek moyang kita, menjadi para punggawa. Punggawa Budaya Nusantara,: ujar JJ panggilan akrab seniman lukis yang tinggal di daerah Krian Sidoarjo itu.

Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim
Lutfil Hakim, Ketua PWI Jatim, mengatakan, musik, lukisan dan jurnalistik mempunyai basic yang sama, yakni ekspresi dan improvisasi. Musik Jazz adalah bentuk improvisasi dari pemusik melalui musik dan lagu, sesuai backbone lagu yang dibawakan.

Pelukis juga sama, bebas mengekspresikan jiwanya melalui corat–coret di atas kanvas, tapi luapan emosinya tetap konsisten terikat pada tema yang disuguhkan. “Demikian juga jurnalistik dalam bingkai pers, meski dijamin kebebasannya tapi harus tetap tunduk kepada aneka yurisdiksi yang mengepungnya, khususnya kode etik dan perilaku jurnalistik,” kata pria yang akrab dipanggil Item itu.

Baca Juga: PWI Bojonegoro Gelar Seminar Literasi Media dalam Mengawal Clean and Good Governance

Merekam jejak sejarah melalui lukisan

Kala dunia terlena dengan sebuah miskonsepsi tentang seni, kala karya seni dikebiri dari perannya sebagai sebuah catatan sejarah hingga menjadi sebuah objek estetika belaka, objek pemuas gairah narsistik, sahabat selfie manusia abad ke–21, Jansen Jasien (JJ) tetap bertahan dengan sebuah visi mulia: Menjadi saksi sejarah, pencatat peradaban nusantara untuk generasi yang akan datang.

JJ mencoba merekam sejarah peradaban para leluhur dan mengekspresikannya melalui oil on canvas. Dia tidak sekedar menyuguhkan lukisan, tapi di balik itu ada pesan kuat tentang pentingnya menjadikan budaya leluhur sebagai jangkar kehidupan anak bangsa ke depan.

Baca Juga: PWI Sidoarjo Gelar Baksos Bagi-Bagi Sembako dalam Peringatan Hari Pers Nasional


Pada pameran tunggalnya, JJ juga menyisipkan sejumlah artefak hasil penjelajahannya, sehingga semakin mengentalkan ruang pameran dengan nuansa peradaban para leluhur, termasuk harum bau dupa, kemenyan dan gondo arum kembang sekar. 

Pengunjung digiring untuk masuk ke ruang masa silam, sebagai upaya pengenalan dan penghormatan pada karya, peradaban dan kebudayaan para leluhur. “Pameran kali ini memang sengaja saya dharmakan kepada para leluhur,” kata Jansen Jasien.(*)

Editor : Redaksi