Catatan Mas AAS

Diluk Maneh Badan, Lebaran!

Reporter : -
Diluk Maneh Badan, Lebaran!
Mas AAS

Hari yang dinanti itu sebentar lagi tiba: dino badan atau lebaran. Sebuah perhelatan epik akan mewarnai negeri, setiap anak akan kembali ke kampung halaman untuk mudik. Sungkem atur pangabekti kepada kedua orang tua tercinta, sanak saudara, dan handai taulan di tempat di mana anak itu dilahirkan.

Perhelatan epik itu akan menyedot perhatian semua elemen bangsa di negeri tercinta. Karena jalan raya dan jalan desa, akan ramai dengan lalu lalang kendaraan. Baik kendaraan roda empat dan roda dua. Semua punya tujuan yang sama pulang ke tempat awal kehidupan diberikan, tempat mereka lahir dan mengenal dunia yang indah ini untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!

Tentu saja dibarengi dengan rasa syukur dan bahagia yang sedemikian kuat terselip dalam labirin jiwa sang perantau! Dan bersiap bermanja dengan kedua orang tuanya: masak opor, sambal goreng, dan bikin ketupat, di omah mburi!

Dalam momen badan sebuah diorama kehidupan dalam diri seseorang diputar dalam ingatan masing-masing. Saat kecil dirinya sudah bersiap menerima baju baru yang dibelikan oleh ayah atau ibu nya, orang tuanya pergi ke pasar terdekat beli baju dan celana baru buat anak-anaknya. Tiba di masa remaja kebiasaan bajik itu tetap dirawat diteruskan. Lalu tiba sang anak itu bekerja dan berkeluarga, ia berganti peran, melakukan hal yang sama kepada kedua orang tercinta: orang tuanya dibahagiakan, diajak mipik beli pakaian yang baru, diajak ke restoran dan warung kelangenan, dan tak lupa diajak berjalan keliling desa, kota, saat di kampung halaman. Meski orang tua nya tidak berharap itu semua, namun niat sang anaklah untuk membalas kebaikan kedua orang tuanya saat di masa kecilnya dahulu, lalu saat sang anak telah menjadi orang, ia ingin melakukan hal yang sama kepada kedua orang tuanya. Semua momen itu benar-benar dinantikan diharapkan terjadi saat dino badan teko.

Mungkin saja tradisi mulih ndeso dalam momen badan yang kemudian disebut lebaran hanya terjadi di Bumi Nuswantoro. Di Amerika dan Eropa mungkin yang senada dengan acara badan di atas biasa dinamakan thanksgiving day. Mereka juga pulang ke kampung halaman berkumpul keluarga merayakan natal.

Di Indonesia, daya tarik mengikuti mudik sangat kuat. Karena ikatan komunitas masyarakat Indonesia amat kental. Tradisi mudik telah menjadi ritual tahunan bagi umat muslim Indonesia. Tidak peduli ia dari golongan kaya atau papa, mulih ndeso wayah badan akan selalu diusahakan, dilakukan. Setiap anak, setiap orang dewasa yang kini telah berubah menjadi orang tua, akan mengajak anggota keluarganya meneruskan melaksanakan untuk nguri-uri tradisi yang adiluhung ini: merayakan badan di kampung halaman!

Baca Juga: Ibu Bumi

Dalam beberapa hari ke depan. Bumi Nuswantoro, akan diselimuti kebahagiaan. Karena sebagian besar penghuninya akan merayakan badan di daerah nya masing-masing. Dan sudah menjadi rahasia umum, roda ekonomi sejenak akan bergeser menjadi hidup untuk beberapa saat terjadi di desa, bukan di kota saja.

Semoga mudik di momen badan tahun ini. Penuh dengan kisah sarat makna yang akan dituai para perantau dalam acara mudik. Menjadi spirit untuk membangun pribadi perantau menjadi lebih matang dan bermanfaat untuk orang lain.

Omon-omon, upps. Para pembaca yang budiman mau mudik merayakan badan atau lebaran ke mana nih?

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Kalau penulis sih, nantinya ingin mudik ke lembah dan lereng di daerah Gunung Merapi-Merbabu, Klaten, Jawa Tengah sana. Menyatu, melebur, dengan alam raya kembali di pedesaan.

Teruntuk para pembaca. Selamat mudik dan merayakan badan di kampung halamannya masing-masing...


AAS, 03 April 2024
Bumi Pahlawan Surabaya

Editor : Nasirudin