Catatan Mas AAS

Ada Senyum Bahagia Dibalik Presentasi Mahasiswa Di Kelas Tadi!

Reporter : -
Ada Senyum Bahagia Dibalik Presentasi Mahasiswa Di Kelas Tadi!
Mas AAS

Setiap peradaban dibangun dari pendidikan. Itu bukan kata-kata saya.

Namun saya mengutip apa yang disampaikan oleh Andre Targowski, seorang ilmuwan berdarah Polandia-Amerika.

Baca Juga: Challenge Dari Kolega

Ia dikenal luas sebagai pencetus teori peradaban.

Menurutnya, faktor utama dalam membangun peradaban yang unggul adalah dengan meletakkan pendidikan pada pondasinya.

Tidak hanya itu. Fukuzawa juga berpendapat senada. Bahwa pendidikan juga sangat penting sebagai upaya untuk membangun kemandirian dan peradaban suatu bangsa!

Terus apa hubungannya dua ilmuwan di atas, dengan perkuliahan yang penulis adakan malam ini. Di kampus ITB Yadika Pasuruan.

Tentu erat sekali. Sebagaimana arti pendidikan yang tertuang di dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan demikian: Pendidikan adalah usaha sadar dan seterusnya untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, dan seterusnya...!

Nah pada suatu ketika. Terjadilah diskusi menarik di dalam kelas kuliah saya. "Bagaimana sebuah presentasi yang menarik itu terjadi dan dilakukan?"

Dan jawaban pun beragam di dalam kelas, disampaikan oleh para mahasiswa. Antara lain:

1. Presentasi harus pakai PPT yang benar-benar power point bukan berganti bacaan! Sebelumnya baca buku lalu baca PPT.

2. Presentasi disampaikan secara verbal dengan gaya seturut gaya penyaji nya secara bebas merdeka, itu lebih baik. Asal kuasai materi!

3. Pakai PPT dan disampaikan secara bebas oleh penyajinya.

Ketiganya adalah jawaban mahasiswa tersebut.

Dan penulis sebagai fasilitator kelas. Mengajak pada pertemuan pada saat itu. Siapapun kelompok yang bertugas membawakan materinya, harus bersiap-siap untuk mempresentasikan secara bebas, tanpa perlu pakai PPT.

Nah, pada pertemuan ke berapa dan kelompoknya siapa yang bertugas membawakan presentasi dengan gaya bebas itu. Tidak saya beritahu.

Baru, pada pertemuan kuliah ke 6 tadi, dan aku tahu siapa yang membawakan materi presentasi. Aku beri tantangan itu. Awalnya aku beri kesempatan kepada kelompok itu, untuk berpikir dan lalu menjawab. Bisa dan berani tidak membawakan materi presentasinya malam ini dengan gaya tidak biasanya!

Dan akhirnya kelompoknya si Novi menjawab bersedia. Dan itu sudah aku duga, karena aku tahu kapasitas nya si Novi dan teman-teman di kelompoknya. Mereka cukup cerdas dan berani terima tantangan wataknya. Dan aku suka itu!

Dan seperti yang tampak di dalam video dan photo yang aku gunakan sebagai capture. Novi menjalankan tugasnya dengan gemilang malam tadi!

Sebagai fasilitator dan sebagai dosen aku berkepentingan untuk mengajak para mahasiswa itu melawan dirinya sendiri. Meski pada awalnya mereka berusaha untuk menghindari chalengge yang aku berikan.

Dengan alibi tidak diberikan informasi sebelumnya, tidak ada persiapan dan lain sebagainya. Yang jelas PPT sudah mereka buat, nalarnya tentu sudah dipelajari.

Baca Juga: Melarung Rindu Kepada Mandala di Gunung Arjuna Batu Malang!

Dan kelompok yang terdiri tiga orang yaitu Novi, Shelvy, dan satunya lupa namanya, minta waktu 5 menit untuk berbagi tugas diantara ketiganya.

"Saya, ijin break lima menit ya pak Andi, untuk berbagi tugas dan peran dengan teman."

"Ok, tak masalah!"

Dan kuliah pun berlangsung meriah dan dinamis. Semua mahasiswa dan penyaji menjadi dirinya sendiri dengan versi paling otentik masing-masing.

Dan feedback yang positif dirasakan oleh Novi dan kelompoknya usai jam kuliah.

Mereka mendapat pengalaman baru katanya. Dengan cara presentasi yang barusan mereka lakukan, baru pertama kali mereka melakukan yang demikian.

Membuat cepat dalam memahami dan menguasai materi.

Tak mudah lupa, ujar mereka!

Setidaknya ketika tadi aku memberi tantangan kepada mereka, dan kelompok mahasiswa itu sukses menjalankan tugasnya.

Itu adalah cara kecil untuk membangun peradaban yang bagus bagi para mahasiswa di Kampus ITB Yadika Pasuruan.

Baca Juga: Bagaimana Menjadi Aktivis di Jaman Now?

Dan menjadi branding bagi institusi tercinta. Bagaimana sistem kuliah diajarkan oleh para pendidiknya!

Setidaknya mereka berani berpikir dan menyampaikan pendapatnya secara bebas seturut apa yang sudah dipelajarinya di dalam kelas kuliah.

Mereka mengalami praktik langsung: bagaimana harus mempertahankan argumen akan pikiran-pikiran mereka secara bebas bahkan kalau diperlukan tidak mudah menyerah boleh juga. Syah saja, dalam rangka meyakinkan argumennya, kepada audien bahwa begitu penting ide dan gagasan mereka.

Dari kasus di kelas tadi. Aku yakin mereka akan sadar untuk membaca dan belajar kembali. Bukan fasilitator yang minta, tapi kejadian yang dialaminya menjawab dengan jelas dan tegas.

Goodluck Novi.

Melihatnya ikut senang dinamika pada kuliah malam tadi!

Dan aku yakin mereka siap untuk menjual ide dan gagasannya kembali pada waktu lainnya di ruang yang sangat terhormat ruang kelas kuliah.

Itu pengalaman empiris maha penting juga genting bagi para mahasiswa itu!

Dan aku berkepentingan besar mengenalkan proses pembelajaran yang seperti itu!


AAS, 27 Maret 2023
Terminal Bungurasih Surabaya

Editor : Wahyu Lazuardi