Catatan Mas AAS

Lapak Dan Kursi Hanya Hadir Sebagai Produk Perjuangan

Reporter : -
Lapak Dan Kursi Hanya Hadir Sebagai Produk Perjuangan
Catatan Mas AAS

Siang ini sedang siap-siap melakukan perjalanan ke kampus di Pasuruan. Karena sore nanti *makaryo* mengajar di situ.

Berangkat lebih pagi sebelumnya agar masuk kelas tidak telat. Itu kebiasaan saja, dan mahasiswa ku tahu itu juga.

Baca Juga: Manfaat Bangun Pagi!

Jadi dosen dan mahasiswa datang ke kampus benar-benar sebuah permainan dan perjuangan hidup yang menyenangkan. Karena telat: dosen dan mahasiswa sama-sama rugi, kelas bisa tidak berjalan. Semua akibat dari sebuah *komitmen* yang kami sepakati bersama!

Nah, sudah menjadi habit penulis di era medsos dan di jaman digital sekarang. Scroll WhatsApp grup, lihat portal media, dan juga melihat menu yang diupload netizen, atau malah kolega, sahabat, juga bahkan istri, di pelototi dibaca, lalu disimak. Bentuknya bisa beragam: mulai video, text, atau sekadar meme gambar saja, semua ditelan deh pokoknya di dalam kepala, di dalam pikiran.
Benar-benar hidup di era internet ini bisa jadi pusing kepala sendirian yang harus cari obatnya juga sendirian.

Obat yang ampuh, boleh jadi tutup dan selamat tinggal dari media sosial apapun! Apa bisa? Susah! Kadung addict.

Seorang kolega share sebuah video berdurasi tidak kurang dari dua menit. Seorang tokoh nasional sedang kasih pidato, pencerahan tentang sebuah *perspektif* bagaimana hidup dan kehidupan dunia politik dan tentu pastinya adalah membahas stakeholder yang menjadi pelaku dalam dunia mencari kekuasaan di atas: partai, caleg, dan sedikit ada value yang harus di perjuangkan *ideologi* mungkin!

Dan penulis tidak bisa sebutkan siapa tokoh nasional tersebut.

Hanya setelah penulis menonton lalu menyimak pikiran-pikiran sang tokoh yang disampaikan melalui sebuah video singkat pada sebuah acara di Jakarta. Lalu spontan penulis bergumam, dan menulis di grup WhatsApp tersebut dan saya tag ke kolega yang kirim video tersebut: "Tambah cerdas beliaunya sekarang setelah purna tirakat!"

Dan ada tambahan sedikit," Seharusnya isi dalam video itu ditujukan kepada yang meng-share nya juga!" Dan emoticon lari terbirit-birit menemani sebuah tanya dan pengakuan penulis di grup WhatsApp itu.

Baca Juga: Mangayubagyo Hari Pendidikan Nasional

Ada kalanya untuk meluruhkan *ego* dan melepaskan sebuah kemelekatan, seseorang sering di ijinkan untuk mengalami hal besar, yang mana nafsu ragawi nya tidak menyukai kesukaran, kesendirian, dan akan melakukan penolakan semuanya yang menurutnya tidak menyenangkan. Dan tugas seorang *pemimpin* harus mengalami hal itu sepertinya.

Sejarah jaman dan sejarah peradaban selalu meninggalkan cerita tutur yang demikian. Bahkan telah menjadi narasi _foklor_ yang dirindukan dijadikan spirit bagi generasi selanjutnya untuk bisa merasakan hal yang sama, meski itu sebuah *tirakat* yang penuh kesepian, kesunyian, dan pada wilayah ekstrim, yaitu mendapat bullyan hidup tanpa henti!

Dan sebagai mana dalam dunia *aktifis* yang menjanjikan karpet merah dan tepukan meriah pada suatu masa. Itu non sense terjadi bila dalam Kredo pikirannya tidak ada kehendak untuk berkeringat, berjuang, dan mematri sebuah value privat yang mampu tertancap dalam sanubari akibat menjalani serba-serbi proses penemuan sebuah jati diri sebagai manusia!

Menjadi pemimpin bukan seperti membeli pesanan makanan di dalam restoran berbintang, dan juga sekadar mengambil buku terpilih sesuai yang ada di katalog sebuah toko buku. Sekali lagi tidak begitu.

Baca Juga: Kekuatan Berbicara

Namun ia kudu direbut, tegas sang tokoh nasional itu. Sedikit *merinding* juga penulis mendengar, menonton, dan menyimak paparan pidato singkat sang tokoh di video!

Sepertinya bumi Pertiwi ini, ke depan semakin merindukan anak-anak muda yang mau mengambil *resiko* di dalam hidupnya sendiri dahulu setidaknya. Merebut masa depan yang telah benar-benar ia ukir dan tuliskan di dalam *proposal* hidupnya kepada semesta! Sebelum ia merebut wilayah dan aspek yang lebih besar dalam hidupnya kelak!

Begitu saja, selamat siang semuanya.


AAS, 20 September 2023
Emper Rumah Rungkut Surabaya

Editor : Nasirudin